Langsung ke konten utama

Unggulan

REVIEW BUKU "GILBERT CHOCKY: DAVE GROHL"

Gue memutuskan untuk membeli buku ini saat kegiatan Banten Bookfair 2023 berlangsung di gedung Perpustakaan Daerah Banten pada 18 Mei 2023 silam. Kegiatan yang mempertemukan gue kembali dengan sobat karib bernama Gebrina Sephira, atau biasa dipanggil Gegeb, merupakan suatu keberuntungan. Merasa beruntung karena sudah cukup lama tidak bersua sambil membahas buku-buku yang sedang trending, maupun membahas buku-buku lama namun masih layak untuk dibaca. Terlebih di acara tersebut, gue bisa langsung bertatap muka dengan salah satu penulis kondang yang bukunya menjadi best-seller di tahun 2019. Henry Manampiring, penulis buku bertema filsafat berjudul Filosofi Teras. Tapi kali ini gue belum mau bahas Filosofi Teras. Gue bakal bahas buku yang mana sosok didalamnya cukup menyita perhatian setelah beliau meng-cover lagu milik Lisa Loeb berjudul Stay pada tahun 2021 di kanal YouTube Foo Fighters. gambar: pribadi A.      TENTANG BUKU Buku ini ditulis oleh Gilbert Chocky, ri...

INI RAMADHAN KU, BAGAIMANA RAMADHAN MU?

Assalammu’alaikum wr.wb


Hallo semua, selamat datang kembali di blog Helena Vector. Terhitung sudah kita melaksanakan ibadah puasa dan memasuki hari kesembilan. Semoga puasa kita lancar, untuk yang sedang berhalangan puasa, yang sedang sakit semoga lekas sembuh dan bisa ikut melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan 2018, amin.


Kali ini, gue mau share tentang kesan selama berpuasa di tahun 2018. Tepat pada tanggal 17 Mei 2018 lalu, hari puasa pertama dimulai. Senang banget karena ramadhan tahun ini gue bisa kumpul bersama kedua orangtua. Kalau ramadhan sebelum-sebelumnya tepat tiga tahun lalu, gue sendirian di kost-an. Atmosfernya beda sekali, karena di kost-an itu yang beragama islam cuma gue. Sisanya non-islam. Maklum saja, jajaran kost gue dari ujung sampai ujung itu berasal dari suku yang berbeda. Gue dari Banten, mereka dari Batak. Begitu pula dengan ibu dan bapak kost gue yang asli Batak.


Ada beberapa kejadian yang tidak terduga selama gue berpuasa disana. Jadi sewaktu gue lagi nggak ada uang lebih untuk membeli makanan dan hanya cukup untuk isi ulang air minum, tetangga gue bertanya ‘sudah ada takjil atau belum?’ Gue jawab jujur ‘belum’ dan akhirnya gue dapat satu mangkuk kolak plus satu botol sirup yang masih disegel. Disaat puasa hari itu kondisinya benar-benar genting, pertengahan bulan, dimana gue cuma sahur pakai nasi plus cabai bubuk bermerek (yaa you know lah mereknya apa, yang tenar banget di iklan televisi) dan minum teh manis hangat. Harap tenang, ini tidak seburuk yang kalian pikirkan. Karena gue masih berpikir bahwa “Dibalik kesulitan, pasti ada kemudahan”, ya meskipun kadang gue pernah juga sesekali nangis karena kangen orangtua.


Selain itu juga berpuasa di tempat gue kuliah dulu tuh seru banget, asik. Apalagi kalau ada acara buka puasa bersama. Setiap fakultas dan prodi, kemudian Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) punya tradisi masing-masing saat melaksanakan buka puasa bersama. Ada yang mengundang anak-anak dari panti asuhan misalnya, kemudian mengundang grup nasyid, mengadakan bazaar, dan sebagainya.


Kalau itu cerita puasa dari gue, ada kisah salah satu sahabat gue yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Negeri Tirai Bambu, negerinya panda yang lucu-lucu, yap. Cina. Namanya Fitriya Ramadhani atau biasa gue sapa Pipit. Sedikit cerita gimana awalnya gue bisa akrab sama dia adalah karena Pipit ini dulunya satu kampus, satu fakultas, dan satu prodi dengan gue. Kita masuk kelas Semester Pendek Awal (SPA) dimana sistem perkuliahan kayak gini nih yang bikin kuliah sebenarnya agak-agak masih semangat gitu. Yaa bayangkan saja sama kalian, kita kuliah dalam satu minggu hanya tiga hari dan hanya tiga mata kuliah yakni Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Motivasi Usaha. Selama menjalani kelas SPA tersebut mulailah kita berkenalan, belajar bareng, diskusi, makan bareng, dan lain-lain.



Sumber: Instagram @fangfei.feifei


Namun memasuki awal kuliah tahun pertama, kita sudah ambil jas almamater kampus, ehh pipit pindah ke Al-Azhar dan diterima beasiswa disana. Senang sekaligus sedih juga sih, karena gue bakal jauh sama sosok shaleha yang satu ini. Alhamdulillah kabar baiknya dia sekarang kuliah di Fujian Normal University, Fuzhou, China. Sedang menjadi mahasiswa semester akhir juga. Banyak cerita dari dia yang lewat di instastory  gue. Salah satunya adalah ketika memasuki bulan puasa sekarang. Pipit bilang kalau puasa di Cina itu tidak seenak puasa di Indonesia. Karena menurut pengakuan wakil I None Buku DKI Jakarta 2015 ini,  kalau di Indonesia panasnya nggak kayak di Cina yang kering, engap. Tidak hanya itu, durasi waktu yang cukup lama yakni 15 jam. Pokoknya mendingan Indo kemana-mana, deh. Pengakuannya ini juga sama dengan beberapa senior gue yang sudah pulang dari Nanjing. Namun mereka tetap mengatakan bahwa “Dibalik kesusahan, pasti ada kemudahan.”


Sumber: Instagram @fangfei.feifei


Kalau tadi adalah cerita dari Negeri Tirai Bambu, selanjutnya adalah cerita dari salah satu sosok yang gue idolakan. Tahu beliau dari sosmed, gue belum kenal dekat tapi semoga gue bisa kenal dengannya *duh ngarep*. Buat kalian yang suka nonton video di YouTube, nonton acara Halal Living di salah satu televisi swasta, mampir ke blog, dan baca bukunya yang berjudul ‘Rentang Kisah’ pasti tidak asing lagi dengan kakak vlogger cantik yang satu ini. Siapa lagi kalau bukan kak Gita Savitri Devi? 


sumber: instagram @gitasav


Beliau salah satu mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Jerman dan mengambil jurusan Kimia Murni. Terdapat salah satu vlog yang membahas tentang Puasa di Jerman dan yang gue lihat kak Gita ini kuat banget, guys. Puasa di Jerman itu lamanya 19 jam. Waktu subuh jam setengah tiga pagi, dan bedug maghrib itu jam setengah sepuluh malam. DANG ! bisa kalian bayangkan dan hitung sendiri ya, heheh.


Tidak hanya itu, untuk melaksanakan ibadah shalat 5 waktu juga kak Gita sempat merasa kesulitan. Sempat di bahas pada salah satu vlog nya yang jadi favorit gue banget, judulnya Berdampingan (Coexist) dimana kak Gita bercerita bagaimana menjalani kehidupannya sebagai minoritas di Jerman dan kesulitannya melaksanakan shalat 5 waktu. Kesulitan yang nampak jelas akan fasilitas beribadah seperti mushala. Tapi bagaimanapun juga kondisi yang beliau rasakan ketika di Jerman, kak Gita bilang di vlog nya “…asalkan khusyuk shalatnya, kenapa nggak?” Hmmm, sanctuary !


Ada dua pelajaran yang bisa gue ambil dari kedua kisah mereka. Pertama adalah “Do Something.” Dari Pipit, beliau ini sangat bercita-cita bisa kuliah di Cina. Tidak hanya sekadar menempuh pendidikan saja, namun ada passion yang ia punya sehingga bisa ia gapai. Pipit suka banget baca buku, kecuali buku dengan genre horror pastinya hehehe. Berkat hobinya ini, dia bisa menjadi wakil None Buku di ajang Abang None DKI Jakarta di tahun 2015. Sungguh menginspirasi anak muda banget untuk bisa cinta dengan buku, kan? Kemudian dari kak Gita, beliau ini bisa gue bilang salah satu sosok inspiratif anak muda banget. Karena di era saat ini, kak Gita membuat vlog bukan hanya sekadar untuk senang-senang, menurutnya dengan membuat vlog bisa membuat mindset masyarakat khususnya anak muda Indonesia lebih terbuka, bahwa dunia ini luas. Banyak yang bisa kita pelajari, bisa kita ambil hal yang baiknya, dan bisa kita lakukan di kehidupan sehari-hari.


Kedua adalah rasa syukur. Mereka tetap bisa menjalankan aktivitas, lho. Pipit dan kak Gita masih bisa tetap berkuliah, berkutat di laboratorium, masih bisa bekerja, dan sebagainya meskipun waktu puasa dan kondisi geografis yang berbeda dengan Indonesia. Kalau di Indonesia panasnya tidak seperti yang mereka bilang namun masih bisa menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah, bagaimana dengan kita yang masih di Indonesia ya, apakah kita masih merasa bersyukur?


sumber: instagram @gitasav



Kesan di bulan ramadhan tahun ini adalah rasa syukur yang tak pernah henti terucap. Dua pelajaran yang sangat berarti buat gue. Mereka memulai dari hal terkecil dan dampaknya bisa dirasakan serta memotivasi banyak orang. Disini gue merasakan nikmat yang Allah swt beri kepada setiap makhluknya. Gue yang masih bisa berjumpa di bulan suci Ramadhan dan masih diberikan kesempatan untuk bertatap wajah dengan mama dan papa. Meskipun awalnya masih merasakan kesulitan setelah lulus kuliah tapi gue masih bisa do something di rumah. Gue masih bisa silaturahmi dengan teman-teman, melakukan hal yang gue suka seperti menulis, gue masih bisa berbagi cerita ke teman-teman yang insyaAllah bisa diambil yang hal baiknya, dan masih bisa bercanda dengan papa. Selalu yakin akan janji Allah swt membuat kita tak tergoyahkan. Karena apa? “Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah : 5)


Wassalammu’alaikum wr.wb



_Helena Vector

Komentar

Postingan Populer