Banyak yang
datang dan pergi dari garis kehidupan. Semakin berkurang usia, semakin kita
membutuhkan ketenangan. Teman adalah sosok di dunia yang diharapkan bisa
menemani disaat kita tidak mampu lagi membendung air di pelupuk mata, atau merayakan
kemenangan bersama segelas minuman sambil tertawa dan bercerita akan proses
mencapai keberhasilan.
Oh iya, sudah berapa lama aku tidak menulis di Blog?
Satu, dua, tiga bulan, atau lebih? Rasa malas untuk menulis kembali menyeruak
saat ini. Aku hanya perlu keluar dari zona nyaman!
 |
Ilustrasi: Pribadi |
Senin, 29 Juli 2019
Tepat di hari
yang banyak orang menyebutnya sebagai ‘Monday
is Monday’, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan kawan media sosial.
Kami saling kenal kurang dari 3 bulan. Bersyukur juga karena akhirnya bisa bertemu.
Tidak hanya ngobrol soal aliran
musik, saling like postingan, atau
menanggapi insta – story. Perkenalan kami berawal dari temanku juga. Kalau
bukan berkat a Ozos atau a Mukhlis, nampaknya networking tidak akan sampai seluas ini.
Namanya Gebrina Sephira. Biasa dipanggil Gegeb, hobi
membaca buku, menggambar, dan asyik diajak mengobrol. Kami janjian di
Perpustakaan Daerah Pandeglang sehabis dzuhur, sekadar untuk membaca buku
bersama, atau diskusi soal musik.
Menulis di perpusda memang nyaman. Meskipun masih
banyak yang kurang dari tempatnya, tapi aku rasa cukup membuat nyaman untuk
membaca buku atau sekadar ingin menulis. Sosoknya yang mungil, berhijab, dan
berkacamata menghampiriku sambil melambaikan tangan.
“Akhirnya ketemu juga, Geb!”
Ujarku sambil memamerkan gigi dan terus bersalaman
dengannya. Aku sempat berpikir kalau ‘dia ngira
gue aneh enggak, ya?’ dan semoga saja tidak.
Kami mulai membaca buku. Gegeb dengan buku berjudul
Multatuli, aku yakin kalian yang pernah membacanya tidak asing dengan sampul
bukunya yang berwarna kuning cerah, dan aku dengan buku Arah Langkah. Aku juga
yakin dengan kalian yang sudah membaca buku ini tidak asing dengan kata-kata di
sampul bukunya.
Sejauh apa pun
jalan yang kita tempuh, tujuan akhir selalu rumah.
_Fiersa Besari
Tidak lama kami di perpusda, hanya dua jam. Terlebih
denganku yang sehabis berkunjung kesana
harus segera melanjutkan perjalanan ke kota Serang.
“Gak bisa pinjam buku, deh. Hehehe.” Ujarku sambil
membolak-balikkan buku. Dikarenakan aku yang terlambat mengembalikan buku, tidak
diperbolehkan meminjam buku selama satu minggu. Hitung-hitung sebagai sanksi
dari pihak Perpusda.
“Pakai kartu Gegeb aja dulu,”
Aku mengerutkan kening sambil berkata “Serius?”
Gegeb pun mengangguk.
Sangat merasa tidak enak awalnya. Hahaha. Meskipun
masih ada waktu satu minggu untuk meminjam kembali, perasaan sialan bernama
munafik bergejolak dalam benak. Bohong jika aku menolak tawaran baiknya, karena
memang aku butuh membaca buku itu! Hay Geb, jika kau membaca tulisan ini,
terserah kau apakah ingin tertawa, begidik geli, atau tidak suka. Maaf, Geb.
Hehhe!
Aku sempat mengikrarkan pertemuanku dengannya
sebagai salah satu tanda kesuksesan, karena berhasil berjumpa dengan teman dari
media sosial. Tidak hanya Gegeb, namun teman-temanku dari media sosial yang
lain juga. Namun akan berbeda ceritanya jika pertemananku berawal dari forum
organisasi, atau setelah melakukan pendakian kemudian mengetahui nama akun
media sosialnya. Baik itu mengenal teman dari medsos atau secara langsung
terlebih dulu, bagiku keduanya sama-sama memiliki cerita dan keseruannya
tersendiri. Aku menyukuri itu, dan ceritaku di usia kepala dua semakin seru.
Terimakasih semesta!
Komentar
Posting Komentar