Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
AKAR SERABUT DAN BUAH TANAMANNYA
Hallo.. Selamat datang kembali. Gue harap, kabar kalian baik-baik saja di tengah masa yang tidak pasti ini. Gue sempat lupa kapan terakhir kali menulis kalau bukan melihat riwayat terakhir di blog sebelumnya. 10 Juli 2020 adalah terakhir kali gue menulis. Hitung sendiri berapa lama, sampai-sampai gue juga lupa caranya menulis.
Ya Allah... bingung!
Delapan bulan hidup di kota besar dan bergelut dengan waktu, dengan orang-orang yang “tidak paham” dan tidak bisa menerima ketidakpastian, terpaksa gue lakukan untuk kembali membeli fasilitas penunjang pekerjaan, membuat gue rasanya mati berdiri di dalam bus Transjakarta saat pergi dan pulang ngantor. Tantangan yang bikin gue merasa muak! Awalnya ragu karena apa yang menjadi pilihan tepat atau tidak. Tapi tetap gue lakukan dengan meminta bantuan Sang Maha Kuasa tentunya.
Kali ini gue mencoba untuk produktif kembali. Awalnya pesimis, beranggapan bahwa mengisi waktu luang dari hal-hal dan kondisi yang tidak pasti seperti sekarang ini diibaratkan menyiram air di padang pasir. Semenjak resign dari pekerjaan yang sebelumnya, gue memilih untuk menulis dan memotret kembali. Mulai belajar design juga karena fasilitas sudah memadai. Tapi awal memulai kembali ini rasanya sulit bukan main. Masih merasa tidak menikmati hasil keringat sendiri. Tidak tahu apa yang gue rasakan, yang ada hanya bingung, dan kosong. Satu bulan mengalami hal seperti ini. Sakit? Iya!
Pertengahan bulan Agustus gue mencoba bangkit dari tempat tidur. Sesekali memainkan ukulele yang baru gue beli dari teman. Nama Grande nampaknya cocok karena memang mereknya yang sama dan tidak perlu diganti lagi. Selesai mandi dan sarapan yang di rapel ke makan siang, gue cuma bisa termenung sambil memandang layar laptop. Apa gue mengalami yang namanya quarter life crisis seperti yang dikatakan salah satu akun instagram, atau hanya perasaan gue aja yang merasa jauh dengan Tuhan? Entah. Alhasil sejak pertengahan bulan Agustus gue mencoba mencabut rumput yang menumpang hidup di sekitar polybag tanaman stroberi. Kebetulan gue punya kebun stroberi sendiri yang memang di khususkan jika ada kebutuhan yang membutuhkan buahnya. Selain itu juga gue jadi suka masak. Membuat akun Cookpad, mencoba ulik resep masakan yang mama gue pernah buat kemudian gue share lewat media sosial. Sesekali masak untuk diri sendiri bahkan sampai membuat kue untuk teman-teman kalau kumpul ke rumah.
Minggu lalu gue baru aja beli
bunga mawar. Rasanya halaman rumah papa dan mama perlu diisi dengan tanaman
hias selain tanaman buah dan tanaman herbal. Bukan hanya sekadar untuk
memanjakan mata setelah bangun tidur, tapi membuat diri ini sadar kalau yang
ingin hidup di dunia ini enggak hanya gue dan virus corona lebih tepatnya. Gue
beranggapan bahwa masa pandemi ini merupakan ajang yang tepat bermuhasabah diri
terutama membuat pribadi menjadi lebih sadar dan bersyukur. Rasanya juga raga
ini mulai kerasukan setan, gue “kembali” peduli dengan lingkungan setelah
menyaksikan beberapa film dokumenter tentang lingkungan.
![]() |
gambar: Pribadi |
Awal kesadaran itu muncul
setelah meliput acara nobar Sexy
Killer di tahun 2019 atas ajakan teman satu komunitas yang membuat gue lebih sadar
akan pentingnya hemat energi dan menggunakan energi terbarukan, kemudian
Asimetris yang menyadarkan gue kalau yang selama ini gue lakukan (berjalan
kaki) adalah langkah kecil mengurangi emisi bahan bakar yang terbuang, kemudian
ada Diam dan Dengarkan, sebuah film dokumenter ditengah pandemi yang
menjelaskan bahwa semasa pandemi ini manusia bisa terkena dampak apa saja baik
positif dan negatif hingga membuka mata terbuka dan bersyukur atas tubuh kurus
dan kecil ini kalau kebanyakan makan daging juga tidak baik secara kesehatan
dan bisa berdampak buruk bagi lingkungan. Terakhir, baru-baru ini gue
menyaksikan Semes7a. Film yang di produseri oleh Nicholas Saputra ini sangat
sangat menginspirasi. 7 tokoh inspiratif yang mewakili provinsinya
masing-masing menyadarkan kita kalau ada campur tangan Tuhan dalam setiap
tindakan kita, terutama tindakan kita terhadap ciptaan-Nya.
![]() |
gambar: Pribadi |
Satu hal yang terpatri dalam diri dan mulai bertindak seperti sekarang adalah dari film Semes7a. Seorang bapak di Jawa Tengah tepatnya D.I Yogyakarta menerapkan Pharmaculture sebagai pilihan hidup dan mengenal agama Islam. Kalimat yang sampai sekarang tertanam di kepala kurang lebih seperti ini. Ketika sang anak bertanya mengapa ayah membeli rumah yang tanahnya jelek, sang ayah menjawab “Kalau kita membeli tanah yang bagus, kasihan tanahnya. Sudah bagus, malah kita rusak. Tapi kalau kita membeli tanah yang jelek, bisa kita perbaiki.”
****
26 Agustus 2020
Tanaman stroberi mulai berbuah. Ada 5 buah yang bisa gue petik dan dikonsumsi dengan baik. Rasanya ada yang manis, ada juga yang masam. Bunga mawar yang pertama kali di beli masih menguncup satu batang, sekarang mulai mekar. Warnanya juga cantik. Gue juga minta bantuan papa untuk tahu bagaimana cara membuat kompos dari dedaunan kering sekitar halaman. Berhubung di rumah banyak kantong kresek dan karung beras, gue manfaatkan saja untuk wadah kompos. Gue juga mulai beranjak dari kamar tidur. Keluar rumah untuk Me Time dan mencoba menyapa orang-orang yang pernah gue temui, bahkan mengenal orang yang ternyata menulis kisah ketika masuk ke suku pedalaman di barat Indonesia, sampai sosok yang banyak menyimpan kisah menarik di hidupnya selama lebih kurang 12 tahun.
Akar serabut memang tipis, namun perlahan ia mampu menembus tanah yang keras. Dengan sabar dan perlahan ia memberikan bunga kejutan yang berbuah manis. Meskipun ada yang masam, tapi gue mencintai prosesnya. Mata ini terbuka, tangan ini tergerak untuk kembali mengais harapan dan mengubur rasa sakit yang menjadi belenggu. Memang tidak mudah mencari kesembuhan lewat menanam kembali atas apa yang sudah layu, namun hanya dengan doa gue merasa berterimakasih atas orang-orang pilihan Allah swt yang pernah datang dan pergi. Kalau bukan karena mereka, gue tidak akan seperti sekarang. Bergerak dari zona nyaman memang berat, tapi itulah adanya. Menanam satu kebaikan, maka akan dibalas beribu kebaikan. Perlahan-lahan kembali memungut kepercayaan atas Dia yang memberikan gue napas dan rezeki lewat cara yang amat sangat unik.
Thank God!
![]() |
gambar: Pribadi |
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Populer
REVIEW BUKU PIKIRAN FAJAR "YAUDAH, TERIMA AJA"
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MONOLOG: TENTANG KITA YANG PERNAH PATAH
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar