Langsung ke konten utama

Unggulan

REVIEW BUKU "GILBERT CHOCKY: DAVE GROHL"

Gue memutuskan untuk membeli buku ini saat kegiatan Banten Bookfair 2023 berlangsung di gedung Perpustakaan Daerah Banten pada 18 Mei 2023 silam. Kegiatan yang mempertemukan gue kembali dengan sobat karib bernama Gebrina Sephira, atau biasa dipanggil Gegeb, merupakan suatu keberuntungan. Merasa beruntung karena sudah cukup lama tidak bersua sambil membahas buku-buku yang sedang trending, maupun membahas buku-buku lama namun masih layak untuk dibaca. Terlebih di acara tersebut, gue bisa langsung bertatap muka dengan salah satu penulis kondang yang bukunya menjadi best-seller di tahun 2019. Henry Manampiring, penulis buku bertema filsafat berjudul Filosofi Teras. Tapi kali ini gue belum mau bahas Filosofi Teras. Gue bakal bahas buku yang mana sosok didalamnya cukup menyita perhatian setelah beliau meng-cover lagu milik Lisa Loeb berjudul Stay pada tahun 2021 di kanal YouTube Foo Fighters. gambar: pribadi A.      TENTANG BUKU Buku ini ditulis oleh Gilbert Chocky, ri...

REVIEW BUKU “PEREMPUAN YANG MEMESAN TAKDIR”

 16 Januari 2023

Sore itu, aku segera melangkahkan kaki menuju rak dimana sekumpulan paket milik staff kantor diletakkan. Aku tersenyum simpul begitu melihat bungkus paket ini yang bertuliskan ‘sebab buku lebih mulia daripada batu’. Banyak diantara teman-teman yang penasaran akan paket berisi buku-buku yang aku pesan sejak 3 hari pengumuman diskon buku di akun instagram resmi Toko Buku Akik.

 

Bagian Pertama: Opini Tentang Buku

Perempuan kelahiran Blora 28 tahun lalu itu berhasil membuatku terkesima akan album prosa miliknya. Dikemas dengan sampul yang menarik, ditambah sinopsis dari buah pikir Emha Ainun Nadjib yang membuatku penasaran akan isi buku.

Merasa seperti berdialog dengan banyak perempuan dari berbagai kalangan dan usia yang sedang berada di posisi, dan fase yang kompleks dalam menjalani keseharian. Rasanya aku ingin membaca sambil ditemani secangkir cokelat panas, dan roti panggang di beranda rumah saat gerimis sedang turun. Tapi tidak juga, buku ini juga bisa dibaca satu jam sebelum tidur.

16 cerita dalam buku ini tegas, acak, liar, dan membuatku merenung di sudut kamar, dan membuatku merasa tenang ketika membacanya di dalam gerbong kereta. Banyak aspek dan sisi lain dari perempuan yang penulis utarakan dalam buku ini. Rasanya perlu diketahui oleh khalayak di tengah kondisi semrawut seperti sekarang. Pembaca diajak untuk duduk sejenak, memahami bagaimana sulitnya perempuan saat berperang dengan isi kepala dan realita, bagaimana perempuan yang memiliki strata sosial lebih tinggi mengambil satu langkah bijak untuk menggaungkan kesetaraan, dan saling support ke-sesama perempuan, bagaimana sulitnya perempuan yang harus menelan pil pahit saat menghadapi kehidupan dalam rumah tangga, cerita akan seorang gadis belia yang tetap melanjutkan hidup setelah ditinggal cinta pertamanya di keluarga, dan segelintir cerita lain yang sekali lagi berhasil membuatku tidak mampu menahan air di pelupuk mata.


Gambar: Pribadi

Bagian Kedua: Tentang Penulis

Karena dibuat takjub akan kumpulan prosa dalam buku ini, aku mencari-cari siapa sosok W. Sanavero di media sosial instagram. Menurut beberapa sumber, beliau sudah melahirkan beberapa karya sastra. Karyanya yang saat ini sedang ramai diperbincangkan adalah 'Perempuan yang Memesan Takdir', dan 'Perempuan yang Berjalan Sendirian'. Aku kagum akan sosoknya yang sudah melanglang buana di dunia menulis sampai melenggangkan kaki ke Istanbul, Turki untuk hadir sebagai CO Author dalam rangka Literation International Conference (LITCRI 2016) yang pelaksanaannya sudah menginjak tahun kelima.


Bagian Ketiga: Penutup, dan Kutipan Favorit

Seperti yang sudah dijelaskan di bagian pertama, penulis berhasil membuatku terkesima dan betah untuk berlama-lama membacanya. Ada beberapa kutipan favorit yang membuatku terus belajar memahami esensi humanis, dan kompleksitas kehidupan perempuan yang mungkin di luar sana memiliki experience serupa.

a.       “.... Jika kau ingin hasil yang aku lakukan persis seperti yang dilakukan ibumu, maka tukarlah punggungku dengan punggung ibumu. Bahkan ketika kau menginginkan janin baru, tukarlah lubangku dengan lubang ibumu,” (Tanpa Ruang)

b.        “Ya Tuhan, semoga aku tidak kurang ajar dengan sesama perempuan.” (Runduk)

c.       “.... Dua tubuh dalam satu selimut, saling bersandar di dalam mimpi, juga obrolan-obrolan hangat yang sederhana, nanti ingin anak berapa? Bagaimana masa depan anak-anak? Menjadi siapapun asal anak-anak kita tetap menulis seperti bundanya. Tidak. Mereka harus penuh gairah idealis, mereka harus mengenal semua jenis musik, mereka tidak akan mendapatkan satu ayunan pun kemanjaan dari ayah atau bundanya.” (Dialog Kepada Tuhan)

d.       “Biarkan anak-anak muda membuka pintu cakrawala, karena ia sedang meneliti jalan ke masa depannya. Itulah tugasnya sejak lahir dari rahim ibundanya, sebagai pelaksanaan perjanjian dan kesetiaan untuk menempuh perjalanan kembali menuju Penciptanya.” (Biarkan Anak Kita Membuka Pintu Cakrawala)

Aku percaya, setiap penulis pasti menyisipkan doa dalam semua karya. Dan mereka yang membaca, semoga menjadi pribadi yang bijaksana dalam bertindak, berucap, dan mengambil keputusan dalam hidup.

Gambar: Pribadi

               

Komentar

Postingan Populer