Hallo, selamat datang kembali. Sesuai dengan judulnya, ini bukan terakhir kalinya gue menulis blog, namun
akhirnya sampai juga kita di ujung pembahasan tentang Skripsweet a.k.a skripsi, heheheh. Pembahasan kali ini lebih membahas perasaan gue bisa
kuliah selama tiga setengah tahun dan apa saja tantangan yang dihadapi, kemudian
bagaimana cara bertahan ditengah-tengah masa sulit khususnya buat teman-teman
penerima beasiswa Bidikmisi.
Bicara soal lulus kuliah dengan cepat, gue pribadi sebenarnya tidak mentargetkan untuk selesai kuliah dengan cepat. Gue membiarkan semuanya
mengalir begitu saja. Namun gue mengambil hikmah dibalik lulus kuliah cepat. Selama duduk di bangku perkuliahan, gue dipertemukan dengan orang-orang yang motivasi belajarnya luar biasa besar. Jadi ketularan, hehe. Namun banyak
juga yang bertanya apa saja yang dilakukan agar bisa kuliah 3 setengah tahun?
1.
GENGSI? NO WAY !
Kalau
mau menuntut ilmu, kenapa harus gengsi? Jangan pernah gengsi untuk gabung atau
mengajak teman-teman belajar bersama. Kalian bisa berdiskusi dengan baik, lho.
2.
YAKIN MAU BELAJAR TERUS?
Niat
yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Kalau kalian niat untuk fokus
kuliah 3,5 tahun sebenarnya itu bisa menjadi boomerang juga untuk kalian. Karena dengan waktu selama itu, apa
kalian mau belajar terus tanpa ada kegiatan lain? Carilah kegiatan yang
bermanfaat, atau menuangkan hobi seperti bergabung dalam sebuah komunitas, atau
mengikuti organisasi di kampus. Namun tetap kembali ke pribadi masing-masing. Apa yang kalian putuskan, kalian harus bertanggung jawab.
3.
BERDOA
Yang
satu ini pasti harus kalian lakukan. Karena kembali lagi bahwa setiap kegiatan
kita pasti ada campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Mungkin terbesit dalam pikiran pembaca
kalau bisa kuliah S1 selama tiga setengah tahun itu keren, pokoknya keren. Masuk
kuliah di tahun 2014 dan dinyatakan lulus saat Yudisium tanggal 5 Maret 2018. Jujur
saja. Rasanya kuliah cepat itu ibarat mengikuti kompetisi yang bergengsi
dan kalian menjadi juara. Akan tetapi ini bukan soal siapa yang paling cepat
lulus dan siapa yang paling pintar. Kuliah itu menurut gue nggak butuh orang yang
pintar secara akademik, semua orang bisa kuliah. Buat gue, kuliah itu butuh
orang yang mau, niat, siap bertanggungjawab dan mengamalkan ilmunya dengan
baik. Serta memberikan sumbangsihnya untuk negeri kita tercinta.
Jadi, kalau ada mahasiswa yang suka
marah-marah sama kinerja pemerintah yang kurang baik, demo minta harga bakso
diturunkan, dan lain-lain, anggap saja mereka lupa akan Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Setidaknya kita memberikan solusi minimal di lingkungan kita sendiri
daripada terus berkoar-koar di depan gedung tua, atau di internet. Menulis
status panas di sosial media, atau menyebar hate
speech di sosmed. Semudah itu kita bisa berantem dengan orang yang belum
tentu kita kenal bahkan nggak kita kenal sama sekali dibalik layar monitor atau
gadget kita. Buat gue hal tersebut ibarat
kompor yang manas-manasin panci berisi air sebanyak 10 sendok makan terus
ujung-ujungnya meledak, terjadilah kebakaran. Nggak banget, deh!
Eh tapi berlebihan nggak gue bilang
begitu? Kalau memang iya, silahkan komentar di kolom komentar ya.
Perlu kalian ketahui bahwa tidak masalah
kalau kalian tidak menyelesaikan kuliah dengan cepat. Kalau ada orang yang bilang “harus lulus tepat waktu”, buat
gue pribadi bukan sebuah motivasi, melainkan sebuah pemaksaan agar harus lulus
dengan cepat. Secara tidak langsung bisa mempengaruhi psikologis seseorang. Saat mengalami pressure “harus lulus tepat
waktu”, terbesit untuk menghalalkan segala cara untuk bisa lulus. Terdengar mengerikan namun itulah yang akan terjadi, atau bahkan sudah terjadi.
Cukup dengan menyadari bahwa waktu yang digunakan dan tindakan yang
kalian lakukan saat kuliah juga kelak menentukan, apakah kalian bisa lulus tepat
waktu atau lulus di waktu yang tepat. Gue banyak bersyukur karena
masih ada orang baik dan hebat di dunia ini. Orang-orang yang berasal dari
daerah yang sering gue lihat pulaunya di peta. Kita dipertemukan
secara tidak sengaja pada sebuah forum kala itu. Tidak hanya masalah akademik,
namun diluar akademik juga mereka punya minat yang tinggi. Mohon maaf karena
tidak bisa disebutkan satu persatu, tapi gue akan sebut nama squad nya saja.
Pertama ada Eco Gold Generation squad dimana berisikan teman-teman dari
fakultas yang sama dan dua jurusan yakni Manajemen dan Akuntansi. Kemudian ada
Isbanban juga. Kalau Isbanban buat kalian yang tahu aktivitas gue di Pandeglang
pasti tidak asing lagi dengan nama ini, kemudian ada INE (Info National Event) dimana gue dan beberapa pengurus dari
organisasi ini sudah bertatap wajah, dan masih banyak lagi orang-orang hebat
yang gue temui dan hingga sekarang masih menjalin komunikasi dengan baik.
Pertanyaan ketika seusai sidang adalah “apakah pernah merasa down, bahkan hopeless
karena suatu hal yang kalian rasa itu penghambat lulus tiga setengah tahun?” ya gue
akui pernah.
Sempat pasrah dan merasa hopeless di semester akhir karena waktu
itu dosen pembimbing gue akan pindah tugas ke salah satu Universitas Negeri terkemuka di Yogyakarta. Beliau diberikan
kesempatan untuk mengajar di salah satu Universitas Negeri yang gue
idam-idamkan sewaktu SMA. Universitas tersebut meraih peringkat pertama sebagai
universitas terbaik se-Indonesia. Ya kalau kalian update berita dari Menristek
Dikti, pasti tahu nama kampusnya apa. Gue nangis di pundak mama, drama sedikit
sama kakak, gue diomelin karena nggak selesai-selesai itu skripsi selama 4
bulan, dan ketika mau ganti objek ehhh dosen pembimbing mau pindah. Tapi berkat
do’a dari orang tua dan dukungan dari teman-teman Eco Gold Generation akhirnya gue bisa menyelesaikan skripsi dalam jangka waktu hanya dua bulan. Pressure yang luar biasa, gue
tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Hingga akhirnya H-3 sidang skripsi gue malah
drop. Aduh!
Kemudian masa-masa sulit menjadi
mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi itu subhanallah banget. Ada rasa senang
dan rasa sedih, tapi selalu percaya bahwa Allah itu Maha Esa, Maha Mendengar,
Maha Mengetahui Segala isi Hati. Saat memasuki masa sulit, memang harus
tetap bersabar dan ikhlas, jangan lupa pula dengan niat dari awal kita ingin
menuntut ilmu di tempat yang kita tunjuk. Karena memang itulah nilai yang
diajarkan oleh Islam. Sabar dan ikhlas.
Ingat ketika uang Bidikmisi terlambat
cair, sempat kelimpungan sendiri. Bingung harus cari uang kemana. Tapi gue
ingat akan pesan dari papa bahwa “jangan
jadi orang yang mati akal dan jangan takut nggak makan.” alhasil gue
mencoba untuk menyalurkan hobi menjadi bisnis kecil-kecilan. Bisnisnya adalah
sebagai penerima jasa menggambar untuk kado ulang tahun, kado wisuda, dan gift lain. Konsumen pertama gue namanya
Asri, dia dari Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan. Gue bandrol harga awal itu sebesar
Rp 35.000,00,-. Uang hasil penjualan ditabung sampai pertengahan bulan sambil
berharap uang Bidikmisi cair. Namun yang didapat ketika uang juga belum kunjung
cair.
Gue putar otak lagi bagaimana caranya
supaya usaha gue ini tetap substain dan
orang juga puas dengan hasil karya gue ini. Akhirnya gue pinjam modal ke kakak
gue sebesar Rp 200.000,00,- dengan modal awal ini harapan kedepannya semoga
usaha ini bisa menjadi tambahan uang saku supaya gue nggak bergantung sama uang
Bidikmisi. Memang jatuh bangun awalnya, tapi karena ingat pesan papa alhamdulillah
hingga sekarang ini usaha gue masih berjalan dan peminatnya juga lumayan
banyak. Mereka juga puas dengan hasil karya gue. Tidak hanya satu cara, namun
ada cara lain supaya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah sambil berkuliah.
Menulis adalah panggilan jiwa buat gue. Lewat
menulis, gue bisa berekspresi, menunjukkan jati diri, dan lebih membuka mata,
telinga, dan pikiran. Dengan menulis gue bisa bertukar pikiran dengan orang
yang beda budayanya, beda agamanya, daerahnya, dan lain-lain sehingga tulisan
gue bisa menarik dibaca. Menghasilkan tulisan yang berkualitas dan bernilai
buat gue sangat sulit. Gue berkaca dari beberapa tulisan orang yang sudah
sukses menjadi tulisan best seller baik di dalam maupun luar negeri. Seperti Haruki
Murakami asal Jepang. Gue suka banget sama karyanya yang berjudul ‘IQ48’,
kemudian ada Andrea Hirata pada sekuelnya mulai dari Laskar Pelangi sampai
Maryamah Karpov, selain itu juga ada ‘Habiburrahman El-Shirazy’ atau biasa kita
kenal ‘kang Abik’ lewat tulisannya yakni ‘Cinta Suci Zahrana’, ‘Dalam Mihrab
Cinta’, dan ‘Ayat-ayat Cinta’, dan yang terakhir adalah Dewi ‘Dee’ Lestari,
lewat ‘Perahu Kertas’ nya dia berhasil membuat gue bisa mengarungi samudera
biru untuk melihat indahnya laut kala senja sambil mengukir kata-kata, serta membawa
gue bersama agen Neptunus untuk terbang keluar angkasa tanpa rasa takut untuk
jatuh. Karena gue percaya bahwa ketika jatuh maka gue akan jatuh diantara
bintang-bintang.
Oke, sudahi kata-kata gila ini. Lewat karya mereka, pikiran
ini menjadi lebih terbuka. Ada inspirasi baru untuk menulis, gue bisa tahu cara
menulis yang baik dan benar itu seperti apa, dan ikut lomba menulis sampai ke
tingkat nasional. Baik itu tulisan seperti cerpen, puisi, bahkan essay. Meskipun belum pernah juara tapi berkat
menulis, gue bisa dapat bonus yakni menghasilkan rupiah lewat tulisan serta
bisa berkenalan dengan banyak penulis dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Dibalik perjuangan yang telah dialami
sampai detik ini tidak hanya ada keluarga, sahabat, dan kerabat lain yang mendo’akan
dan memberikan support, ada tenaga
pendidik lain yang turut memberikan ilmu, nasihat, dan bersedia menjadi teman
dekat. Para dosen, dan orang-orang luar biasa inilah yang terus memberikan
inspirasi agar kuliah menjadi lebih bermakna.
1. RA NURLINDA , SE, MM.
Beliau
biasa di sapa ibu Linda. Pertama kali diajar oleh beliau saat matakuliah
Pengantar Manajemen di semester satu. Orangnya selain humble juga asyik diajak ngobrol. Beliau juga menjadi penguji saat
gue seminar proposal. Buat kalian yang pernah diajar oleh beliau, bersyukurlah
kalau dapat revisi banyak. Karena berkat direvisi ibu Linda, skripsi kalian
bisa dapat nilai A.
2. Dr. HASYIM ACHMAD, SE, M.Ed
Berjumpa
di matakuliah Metodelogi Penelitian dan Pemasaran Relasional. Sikapnya yang
ke-bapak-an membuat mahasiswa merasa sedikit tegang namun nyaman dengan suasana
belajar. Gue senang ketika beliau mengajar Metodelogi Penelitian, karena cara
mengajar yang asyik, mudah dipahami, dan terkadang juga sambil diselingi
candaan supaya tidak terlalu tegang.
3.
ERLINA PUSPITALOKA MAHADEWI , SE,. MM, MBL.
Biasa
di sapa Miss Lili, berjumpa dengan dosen yang luar biasa ini ketika mengajar di
matakuliah Pemasaran Relasional saat menggantikan pak Hasyim jika beliau
berhalangan mengajar. Miss Lili menurut gue dan teman-teman itu merupakan tipikal
dosen yang “Dosen Gue Banget.” Karena apa? Gaya mengajar yang gokil, asyik,
anak muda banget, bisa membuat mahasiswa semangat belajar dan nggak mau
cepat-cepat keluar kelas. Miss Lili ini baik banget, lho. Baiknya adalah saat
mengajar dan memberikan pertanyaan kepada mahasiswa, kalau mahasiswa bisa menjawab
dan jawabannya benar, kita di kasih uang. (Lumayan buat tambahan fotokopi tugas
atau print paper). Ada pesan dari
beliau untuk kami agar terus dan semangat belajar, serta harus bisa belajar
dari negara orang. Caranya? Backpacker
!
#BACKPACKERWHYNOT
#LIFEISMYJOURNEY
4. Dr. SAPTO JUMONO, ME.
Kalau
lihat bapak dosen yang satu ini orangnya tegas, dan sabar. Jadi ingat papa gue
di rumah kalau masuk kelasnya beliau. Karena ketika kuliah, kita seperti bukan
kuliah. Gaya mengajar yang seperti orang mengobrol dengan santai adalah cara
beliau agar mahasiswanya mengerti dengan materi perkuliahan. Ada pepatah dari
beliau yang sampai sekarang ini masih nempel di otak gue, yakni “Kuliah itu bukan mempelajari isi buku,
tetapi mengubah cara pandang seseorang agar tidak memandang suatu objek hanya
dari satu sisi.”
Setelah
menjadi alumni dari almamater tercinta, ada banyak hal yang tidak bisa gue ungkapkan
dengan kata-kata. Gue bakal kangen, bakal merindukan orang-orang yang sudah
membesarkan dan memberikan ilmunya dengan ikhlas. Tugas setelah kuliah lebih
berat jika hanya dibandingkan dengan makalah, paper, PKM, atau presentasi. Masih banyak yang bisa kita ulik, kita
bantu, dan kita pahami.
Teruntuk teman-teman penerima Bidikmisi dan
beasiswa lainnya, manfaatkan sebaik mungkin. Jangan banyak mengeluh, tetap
semangat dan terus berdo’a. Gunakan ‘The
Power of Believe’ bahwa Allah akan terus membantu hamba-Nya yang dilanda
kesusahan.
#Pinut1996
#HelenaVector
#AkhirnyaLulusJuga
#Berpetualang
Komentar
Posting Komentar