Langsung ke konten utama

Unggulan

REVIEW BUKU "GILBERT CHOCKY: DAVE GROHL"

Gue memutuskan untuk membeli buku ini saat kegiatan Banten Bookfair 2023 berlangsung di gedung Perpustakaan Daerah Banten pada 18 Mei 2023 silam. Kegiatan yang mempertemukan gue kembali dengan sobat karib bernama Gebrina Sephira, atau biasa dipanggil Gegeb, merupakan suatu keberuntungan. Merasa beruntung karena sudah cukup lama tidak bersua sambil membahas buku-buku yang sedang trending, maupun membahas buku-buku lama namun masih layak untuk dibaca. Terlebih di acara tersebut, gue bisa langsung bertatap muka dengan salah satu penulis kondang yang bukunya menjadi best-seller di tahun 2019. Henry Manampiring, penulis buku bertema filsafat berjudul Filosofi Teras. Tapi kali ini gue belum mau bahas Filosofi Teras. Gue bakal bahas buku yang mana sosok didalamnya cukup menyita perhatian setelah beliau meng-cover lagu milik Lisa Loeb berjudul Stay pada tahun 2021 di kanal YouTube Foo Fighters. gambar: pribadi A.      TENTANG BUKU Buku ini ditulis oleh Gilbert Chocky, ri...

REFLEKSI: BADAI BULAN APRIL

Malam-malam di bulan ini tidak seindah bulan lalu. Karena pada bulan ini, semua hal menyedihkan terjadi. Langit di sore hari yang menangis dengan kencang, senja tak terlihat, suara burung gereja yang terdengar samar, dan buah stroberi banyak yang membusuk padahal satu minggu lagi panen.


Menurut sumber yang pernah gue baca, para ahli mengatakan bahwa pengertian dari badai adalah angin kencang yang datang dengan tiba-tiba disertai cuaca buruk, memiliki kecepatan sekitar 64 – 72 knot. Dalam satuannya, Knot merupakan satuan kecepatan yang sama dengan satu mil laut yakni sekitar 1,151 km/jam.


Kalian pernah menonton film UP, dimana Russel dan tuan Fredricksen melihat awan Kumolonimbus dengan jelas saat rumah sang tuan melayang ke udara? Itulah awan yang terkadang ikut hadir saat badai menerpa. Ia datang bersama guntur dan kilat. Semua rasanya dingin, mencekam, dan menghadirkan rasa takut.


Cerita kali ini bukan tentang bencana alam, melainkan tentang badai yang datang di kehidupan para sahabat terbaikku. Namun raga ini harus bisa menerimanya dengan ikhlas, selalu berhusnudzon bahwa Allah swt, dan mulut ini yang tidak akan hentinya berdoa.

Ilustrasi: Pribadi


Sosok dalam cerita sangat membuat diri ini terkadang iri. Namun untuk apa gue iri, bukankah iri tandanya tidak mampu? Sambil ditemani alunan Spirited Away Theme Song, kamar yang penuh mimpi, dan kedua tangan yang inshaa Allah kuat untuk merangkai kata demi kata.


Sosoknya yang sangat mengayomi, keibuan, cerdas, dan dia adalah salah satu dari sekian muslimah luar biasa yang gue kenal. Mengenalnya di tahun 2015 akhir berkat salah satu teman, Taufiq Hidayat.
Singkat cerita, kita menuju ke perpustakaan kampus lantai 2 untuk menemuinya terkait sponsorship untuk acara fakultas. Kurang lebih selepas shalat dzuhur. Masih sangat ingat akan aroma ruangannya, dingin ruangannya, dan ia yang mengenakan jilbab panjang atau yang biasa disebut syar’i berwarna cokelat. Kedua mata ini sampai terpejam untuk mengingatnya kembali.


Menapaki anak tangga yang berkelok dari lantai satu. Di lantai 2 perpustakaan ada 10 set komputer untuk mempermudah kebutuhan mahasiswa mengerjakan tugas, lemari berisi jurnal, buku-buku terbitan National Geography yang baru setiap bulannya menjadi langganan untuk dibaca, dan tempat duduk beserta meja yang di desain khusus untuk belajar agar fokus. Semoga kelak saat kembali mengunjungi kampus untuk melepas rasa rindu, posisinya masih bertahan.


Dialah Lina Kurniawati. Salah satu senior di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Esa Unggul, Jakarta. Sama-sama perantauan. Gue dari kota kecil di provinsi Banten bernama Pandeglang, ia dari Semarang. Salah satu kota yang ingin gue kunjungi setelah Solo, dan Yogyakarta.


April 2017

Menggapai mimpi untuk pergi ke Jepang sudah tertulis sejak tahun 2013. Tidak hanya untuk menuntut ilmu, mengenal dan belajar budayanya, namun ingin menatap dan menggenggam bunga sakura. Sangat terdengar sepele bukan yang terakhir?


Bulan April. Pada bulan inilah bunga Sakura bermekaran dengan indah. Akan tetapi banyak kebohongan di bulan April. Contohnya dari kisah yang sekarang kalian baca. Entah hanya sugesti, tapi bagaimana jika fakta tidak bisa dihindari? Air mata yang seharusnya menitik, kalah dengan senyum yang wajib dilengkungkan oleh bibir siapapun. Jangan membenci bulan April, apalagi sampai mengutuknya. Kita tidak bisa menghindari itu.


Beberapa hal dari gue yang membuat Lina sempat kecewa adalah pada hari dimana ia diwisuda. Gue tidak datang. Hanya diwakili oleh teman-teman. Ada Iza, Vani, kak Esa, dan yang lainnya.


“Lo waktu gue wisuda kemana?”


Ucapnya sambil memasang wajah cemberut. Gue hanya memasang muka cengar-cengir sambil mengucapkan kata maaf karena tidak bisa hadir. Memang saat itu tugas sedang menumpuk dan mau tidak mau harus dicicil. Ditambah dengan kesibukan diluar kampus sebagai penjual jasa gambar untuk hadiah pernikahan, wisuda, dan ulang tahun. ‘Musim wisuda’ ibarat ladang rezeki saat itu. Banyak orderan yang masuk, hasil penjualan bisa ditabung untuk membeli buku dan kebutuhan sehari-hari sebagai anak kost.


Salah satu hal yang membuatku bercermin darinya adalah rasa syukur. Dimana saat hari bahagia untuk para mahasiswa manapun, kehadiran orang tua yang mendampingi anaknya merupakan hal terbesar. Belum ditambah rekan-rekan terdekat yang datang sambil mengucapkan selamat sambil membawa hadiah berupa bunga, atau yang lain.


Namun itu semua tidak dengan sosok kak Lina. Hanya ada sosok Ayah yang sangat ia sayangi, hadir menemaninya wisuda. Hari bahagia yang ia diimpikan bersama kedua orang tuanya, nyatanya seperti menggenggam udara dengan tangan kosong. Ayah dan ibu bercerai sebelum hari wisuda tiba.


April 2019

Dua tahun berlalu. Sampai detik ini belum lagi melihat matanya yang berseri sambil bercanda saat berjalan untuk membeli camilan. Hal yang akan selalu gue ingat bersamanya adalah kita berbincang sambil makan siang dibawah pohon rindang ditempat yang sangat strategis. Diapit oleh gedung Holiq Raus, lapangan basket dan volly, serta disuguhi pemandangan kolam ikan besar beserta para angsa.


Ramadhan tahun lalu kita masih berjumpa. Ia juga nampaknya masih sehat-sehat saja. Mendekati akhir bulan April, badai datang. Di tahun ini pula kita masih bisa bertukar pikiran seperti biasanya di waktu senggang meskipun lagi-lagi hanya via media sosial.


Gue mendapat kabar yang amat sangat tidak mengenakkan. Tumor Mamae Sinistra atau biasa dikenal dengan tumor payudara sebelah kiri mulai menggerogoti. Tidak hanya satu, mereka main keroyokan. Rasa sakit yang diderita sudah 3 bulan lamanya dan dia sama sekali tidak sadar kalau selama ini tumor sedang menyerangnya. Namun entah mengapa dari isi percakapan kami, kak Lina sama sekali tidak menunjukkan ia sedih. Melainkan candaan yang bikin gue kesal sendiri. Memandang bukti tumor (gambar) yang ia kirim, gue hanya bisa diam, duduk sambil memandang layar monitor notebook. Air mata masih belum bisa menitik, yang ada hanya rasa kesal, marah, dan MARAH.


Marah pada diri sendiri karena enggak ada disampingnya disaat seperti itu, marah pada kak Lina karena ia baru berobat ke dokter, dan marah pada kenyataan karena sosok yang di mata gue baik, kenapa bisa diberikan cobaan yang begitu pahit? Badai yang satu ini buat gue bukan badai pertama. Namun kedua, ketiga, bahkan lebih dari yang selama ini kak Lina alami.


Gue langsung menghubungi salah satu sahabat yang lain, saat ini ia sedang menjalankan koas di salah satu Rumah Sakit di kota Pati, Jawa Tengah. Namanya Siti Suryani (red: Cete), dan memang benar adanya. Cete bilang kalau itu benar tumor. Gue cuma bisa mengucapkan istighfar berulang-ulang kali. Mau menangis pun rasanya saat itu enggak bisa, tapi dada gue rasanya sesak. Amat sangat sesak!



Foto: Lina K


Seketika pula kak Lina bilang kalau operasi akan dilaksanakan pada Rabu, 8 Mei 2019. Gue khawatir enggak ada yang temani dia operasi. Tapi Alhamdulillah, sosok Lina Kurniawati selalu dikelilingi oleh orang-orang baik. Satu sahabat terbaik gue ketika kuliah, Vani Oktaviani hadir mendampingi sosoknya dari awal operasi, hingga pasca operasi. Terimakasih banyak, van.


Gue mengira kalau badai yang sedang melanda sudah reda. Tapi nyatanya, belum usai. Kali ini bukan dari kak Lina, melainkan dari kak Rekha. Ayahnya meninggal dunia tepat di hari kak Lina melaksanakan operasi. Rabu, 8 Mei 2019 pukul 10:30 WIB.


Gue mengira badai akan usai, tapi nyatanya kebohongan di bulan April memang ada, bukan? Badai masih berlanjut.


Badai Pasti Berlalu

Tunggu! Gue salah. Kebohongan dan perkiraan adalah dua hal yang sangat berbeda. Kebohongan adalah dimana kalian sudah berucap namun tidak sesuai dengan kenyataan. Sedangkan perkiraan adalah suatu hal yang kalian lihat pada saat ini saja, namun belum tentu di akhir perkiraan tersebut hasilnya sama dengan diawal. Semua masih bisa berubah. Tidak ada kata reda jika tidak ada hujan, dan hujan pasti akan reda. Kesempatan kedua memanglah ada. Namun kesempatan kedua hanya ada untuk mereka yang mau berusaha dan mau melakukan perubahan agar menjadi lebih baik.


Lewat kak Lina yang saat ini dan seterusnya harus berjuang melawan tumor dan kak Rekha yang ditinggal pergi oleh Ayah tercinta, gue percaya bahwa Allah Maha Berkehendak, Maha Penyayang, Maha Mendengar.


Allah berkehendak memberikan dan mengambil apapun dari makhluk-Nya dimuka bumi. Saat ini kita sehat, namun belum tentu esok atau lusa kita masih bisa diberikan kesehatan. Saat ini kita bisa bercengkerama dengan orang-orang yang kita sayangi, namun belum tentu esok atau lusa kita masih bisa bersama mereka. Allah ingin kita mengingat bahwa tiap-tiap yang bernapas, pasti akan merasakan mati. Allah tahu apa yang kita rasakan, dan kita butuhkan, sekalipun itu hanya bersuara di dalam hati bahkan saat kita bersujud. Jika kita bertanya seberapa dekat Allah dengan kita, maka jawabannya adalah Allah sangat dekat bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. Terakhir, Allah sangat sayang kepada makhluk-Nya. Apa yang kita minta, Allah akan beri. Bahkan sebelum kita minta, dengan kehendak-Nya kita akan mendapatkan apa yang dimau.


Mei 2019

Paca operasi, gue langsung telpon kak Lina. Awalnya menolak untuk video call, tapi setelah gue bujuk, akhirnya mau. Tapi sayang, ia sengaja memadamkan lampu kamarnya dengan alasan 'disini panas'. It's okay kak, Lin. Baru pada saat gue hubungi dia, air mata ini menitik perlahan karena gue masih bisa mendengar suara tawa setelah ia mengeluh sakit. Sampai pada akhirnya Lama-kelamaan gue menangis sejadi-jadinya dan terucap dari mulutnya...


"Hey, mau video call jangan nangis! Juara Taekwondo masa' nangis? Hahaha."


Dia masih bisa tertawa saat gue menangis karena enggak ada disampingnya dari awal operasi, sampai sekarang.


Gue ingin mengucapkan terimakasih kepada tuan Fujiko F. Fujio karena sudah menghadirkan karakter animasi yang sangat mendunia, Doraemon. Gue sangat menyukai kejutan yang bahagia. Sama seperti sekarang. Pada bulan lalu gue mendapat kejutan yang membuat semua teman-teman yang mengenal sosok Lina sangat terkejut bahkan sedih, kali ini gue dapat kejutan yang bikin gue lagi-lagi sadar bahwa Allah Maha Berkehendak.


Gue dan kak Lina sama-sama suka menulis, dan sama-sama memiliki impian membuat buku. Ia sangat ingin tulisannya terbit dan dibukukan. Alhamdulillah, impiannya menjadi kenyataan. Tulisannya terbit pada satu buku antologi Temannulis.id berjudul ‘Catatan Hijrah’ dan semoga bisa menjadi salah satu obat untuknya dari penyakit yang sedang ia derita saat ini. Tidak hanya itu, lewat tulisannya pula gue akan selalu mengingatnya sebagai sosok motivator yang karyanya bisa dibaca oleh khalayak luas.


H-5 Idul Fitri 2019

Saat ini kau tertawa, namun esok kau bisa saja menangis. Kau saat ini bisa menikmati lezatnya puding dan es krim cokelat bersamanya, namun esok kau bisa saja melihatnya sedang berjalan sambil bergandengan tangan dengan pria lain. Begitupun sebaliknya. Alam raya memang suka bercanda.


Biarkan badai menjadi warna dan cerita dalam komposisi kehidupan ini. Salah satunya adalah bagaimana kita bisa bertahan dalam badai. Kejutan akan selalu ada. Selagi kita tahu kemana kaki akan melangkah, selalu percaya bahwa akan hadir pelangi setelahnya, dan bisa move on dari rumah yang telah hancur akibat badai.


Cepat sembuh, kak. Doa dariku akan selalu menemani setiap langkahmu.
Pandeglang, 30 Mei 2019
_Pinut


Komentar

Postingan Populer