Perguruan Tinggi Swasta. Terkadang ini yang menjadi momok paling 'ADUH' bagi pelajar khususnya Indonesia. Dimana sebagian dari mereka akan melontarkan kalimat "Duh, swasta" atau "Hmmm pikir-pikir dulu," dan sebagainya. Bagi pelajar Indonesia, perbedaan yang 'kontras terlihat' terlebih ketika melihat rincian biaya kuliah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta, serta berbicara soal kualitas antara keduanya inilah yang membuat momok tersebut. Namun sekali lagi ada kata mutiara yang mengatakan bahwa 'banyak jalan menuju Roma'. Memang benar, kuncinya adalah mendengar, membaca, dan berbicara.
Hari ini, gue tidak ada perkuliahan karena kampus jadi tempat Test SBMPTN 2017. Mulai timbul rasa malas yang mengganjal karena setelah gedung kampus dijadikan lokasi test SBMPTN, akan ada kelas pengganti untuk beberapa mata kuliah. Malas adalah musuh terbesar!
Jakarta Pagi. Selasa, 16 Mei 2017
Kampus mulai ramai dengan pelajar yang berjuang untuk masuk Universitas Negeri dengan prodi yang mereka idamkan. Ada yang sendiri, ada yang ditemani orang tua, bahkan ditunggu sampai selesai. Gue ingat karena pernah melakukan hal yang sama. Bicara soal SBMPTN, ada cerita ketika dulu berjuang di SBMPTN.
Seusai mandi, solat subuh, dan bersiap-siap, berpamitan sambil mencium tangan mama, "Do'ain teteh yah, ma." Mama hanya mengangguk sambil bilang "Hati-hati, pas ngisi soal baca bismillah dulu. Ongkos untuk naik bus pisahin biar nggak ribet. Nasi habisin, jangan nggak. Botol minum udah di isi belum?" gue menjawab 'udah' sambil nyengir memamerkan gigi. Menjawab salam dan berangkat tepat pukul lima pagi menuju salah satu Universitas Negeri di Kota Serang Banten.
Setelah ikut test sana sini, memang belum kesempatan gue untuk bisa menempuh pendidikan di Universitas dan prodi yang diidamkan. Menangis? Iya. Pasti diantara kalian juga punya pengalaman serupa, Hehehe. Namun masih tetap bersyukur, karena belum tentu ketika saya lolos tes dan masuk perguruan tinggi negeri, terlebih di kota besar seperti Jakarta. Gue bisa seperti sekarang, bisa mengenal lebih dekat dengan banyak orang hebat, organisasi antar mahasiswa se-Nasional dan Internasional, komunitas, organisasi non-profit, bisa menonton konser band favorit, dan lain-lain.
Bicara soal kampus swasta yang notabene kurang diminati pelajar di Indonesia, kayaknya perlu diluruskan. Semoga bisa jadi bahan pertimbangan untuk adik-adik semua yang masih bingung ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Perguruan Tinggi Negeri memang murni subsidi dari pemerintah, namun jangan terlena akan hal tersebut. Kalian bisa berbangga saat ini karena kalian bisa mencapai apa yang kalian mau. Namun dalam prosesnya kalian juga akan menemukan tantangan-tantangan baru. Dikutip dari info Unpas (Universitas Pasundan), ada 4 keunggulan PTS dibandingkan PTN. Simak yaa:
1. Tempat terbaik yang senantiasa menerimamu
Siapa sih yang menolak jika mendapat kesempatan masuk PTN? Mayoriras yang mau tentu, dan sebagian juga ada yang tidak. Di PTN dengan jumlah kursi yang minimal membuat pelajar Indonesia ketika test masuk PTN harus berebut untuk mendapatkan jatah yang makin lama makin sedikit. Ada yang diterima dan ada yang tidak tentunya. Namun jangan berpikir bahwa yang tidak diterima PTN itu mereka bodoh atau kurang pandai. Manusia tidak ada yang bodoh bukan?
Hal ini dikarenakan karena memang jatah kursi yang sedikit. Maka dari itulah PTS merupakan tempat terbaik yang senantiasa menerima kalian. Jika berbicara soal kualitas, eits.. jangan berpikiran kalau kualitas PTS kurang ya. Kebanyakan dosen yang biasanya mengajar di PTS lebih variatif karena berasal dari lulusan PTN dan PTS. Pun, ada juga dosen PTN yang memang punya jam lebih untuk mengajar di PTS. Bisa jadi dosen yang di PTN A bisa jadi sama juga orangnya dengan di PTS B, misalnya. Selain kualitas dosen yang mirip-mirip, tentunya infrastruktur pendukung juga mirip-mirip kok. Biar gampang, bisa cek deh akreditasi kampus PTS yang disukai di internet atau kalau perlu datang aja ke kampusnya untuk cek langsung. Bisa juga pake cara yang lebih mudah sih, lewat nanya langsung sama kenalan atau alumni satu sekolah yang kuliah di kampus bersangkutan. Siapa tahu jadi gebetan baru kan?
2. Mekanisme masuk yang tidak membuat stres
Masuk PTN sekarang luar biasa ribet dan butuh extra effort, iya ngga? Kadang-kadang, cerita mereka yang gagal masuk PTN itu lebih condong alasannya pada mekanisme tes, apalagi kalau misalnya program studi yang diminati itu berada di lintas jurusan –yang di tes seleksinya harus mengambil dua konsentrasi umum baik itu Sains maupun Sosial. Selain memberatkan, mekanisme tes masuk juga ngga menjanjikan peluang masuk yang besar, ditambah biaya banyak yang dikeluarkan kalau banyak mengikuti pola masuk tes, dari yang SBMPTN sampai seleksi khusus universitas.
Makin banyak effort yang dikeluarkan kadang ngga sebanding juga dengan hasilnya. Banyak loh kasusnya calon mahasiswa yang gagal masuk PTN itu sampai menunggu dan mengulang tes seleksi beberapa tahun hanya demi masuk PTN, juga uang yang habis buat les privat segala macamnya bukan main banyaknya. Nah, gimana dong kalau buat adik calon maba yang ngga mau rugi umur juga rugi finansial? Ya udah, masuk aja PTS, hehe. Beberapa PTS memang ada yang masuk lewat jalur tes, tapi ngga serumit tes PTN. Tapi kebanyakannya, kalian bisa masuk PTS tanpa tes loh!
3. Mahasiswa tidak terbebani subsidi secara moral
Memang sih, kuliah di PTS itu cenderung lebih mahal dari PTN, meskipun trennya itu sekarang biaya PTN juga saingan sih sama PTS tergantung fakultas dan program studi yang bersangkutan sih apalagi kalau akreditasinya udah A. Nah, khusus PTN itu sebenarnya mereka masih menerima subsidi dari pemerintah, tentu hubungannya dengan subsidi itu kan penggunaan pajak dari rakyat kan ya. Selain itu, juga ada PTN yang menggunakan sistem subsidi silang yang sekarang dinamakan UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang belibet banget tingkatannya. Begitupun biasanya sistem beasiswa PTN yang mayoritasnya murni bantuan pemerintah.
“Bukannya subsidi itu enak ya?” Eit, nanti dulu, karena setiap pemberian subsidi tentunya bakal diminta pertanggungjawaban loh. Mereka yang disubsidi tentunya harus memberikan nilai lebih sebagai salah satu bentuk terima kasih, umumnya sih harus berprestasi. Kalau subsidi itu diperuntukkan buat orang yang tepat yang tepat sih ngga masalah, tapi bakal jadi beban moral buat mahasiswa yang merasa menggunakan subsidi. Nah loh, setidaknya kalau masuk PTS itu ngga seribet PTN yang dana-dananya masih banyak menggunakan bantuan pemerintah.
“Terus, kalau kuliah PTS bakal mahal banget dong?” Ya ngga juga, buat mahasiswa nya ada juga sistem beasiswa kok, cuman biasanya mayoritas itu beasiswa korporat/perusahaan yang udah kerjasama dengan pihak kampus. Jadi, buat kamu yang berprestasi itu di PTS juga ada kok sistem beasiswanya. Buat kamu yang ngerasa berkecukupan, juga ngga ada beban moral tuh pake dana subsidi dari pemerintah, hehe.
4. Latar belakang mahasiswa yang beragam
Kalau soal mahasiswa, sebenarnya itu di PTN dan PTS mirip-mirip. Kalau belajar di kelas, untuk satu mata kuliah itu bisa bertemu dengan lintas angkatan dari yang paling tua dan paling muda. Jadi, fleksibilitasnya sebenarnya mirip tergantung individu dan mata kuliah yang diambil. Cuman, terakhir ini PTN sudah mulai membatasi umur mahasiswa yang mendaftar terhitung pada tahun berapa mereka lulus SMA.
Contohnya, kalau calon mahasiswa mandaftar di tahun 2017 itu maksimal angkatan yang boleh mendaftar itu 2013 ke bawah, berarti tahun 2012 ke atas sudah tidak bisa mendaftar. Nah, kalau di PTS semua bentuk fleksibilitas itu masih ada dan lulusan tahun berapapun bebas bisa daftar. Jadi, jangan heran kalau di satu kelas yang sama bakal ketemu mahasiswa yang secara umur dan angkatannya bisa tua banget. kalau di PTS itu biasanya ada semacam kelas ekstensi/kelas karyawan, jadi latar belakang mahasiswanya makin beragam. Tidak jarang, ada juga mahasiswa yang berkuliah tapi juga sedang bekerja di perusahaan. Nah, keuntungan dari pergaulan yang beragam dari latar belakang mahasiswa itu bisa menambah pergaulan dan koneksi loh. Selain itu, pola pikir juga semakin berkembang sehingga nantinya mahasiswa cepat membuka diri dan paham akan dunia kerja ke depan.
Bagaimana, paham? Universitas Swasta tidak seburuk yang orang-orang bilang ternyata. Semua tergantung dari usaha kita untuk memberikan apa yang kita punya untuk negeri ini. Mau kuliah dimanapun tempatnya, jika kita kembali ke niat awal untuk apa kita kuliah, Insya Allah akan diberikan kemudahan. Dan jangan lupa untuk terus semangat untuk meraih cita-cita.
Komentar
Posting Komentar