Langsung ke konten utama

Unggulan

REVIEW BUKU "GILBERT CHOCKY: DAVE GROHL"

Gue memutuskan untuk membeli buku ini saat kegiatan Banten Bookfair 2023 berlangsung di gedung Perpustakaan Daerah Banten pada 18 Mei 2023 silam. Kegiatan yang mempertemukan gue kembali dengan sobat karib bernama Gebrina Sephira, atau biasa dipanggil Gegeb, merupakan suatu keberuntungan. Merasa beruntung karena sudah cukup lama tidak bersua sambil membahas buku-buku yang sedang trending, maupun membahas buku-buku lama namun masih layak untuk dibaca. Terlebih di acara tersebut, gue bisa langsung bertatap muka dengan salah satu penulis kondang yang bukunya menjadi best-seller di tahun 2019. Henry Manampiring, penulis buku bertema filsafat berjudul Filosofi Teras. Tapi kali ini gue belum mau bahas Filosofi Teras. Gue bakal bahas buku yang mana sosok didalamnya cukup menyita perhatian setelah beliau meng-cover lagu milik Lisa Loeb berjudul Stay pada tahun 2021 di kanal YouTube Foo Fighters. gambar: pribadi A.      TENTANG BUKU Buku ini ditulis oleh Gilbert Chocky, ri...

CERPEN: ANTARA TUGAS KULIAH, BLOG, DAN STATUS JOMBLO


Tugas, tugas, tugas, dan TUGAS. Begitulah nasib gue, Aldebaran Putra Mahesa sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi, jurusan Jurnalistik. Gue sekarang semester 3 dengan IP semester 2 sebesar 3,45 yang kebetulan turun drastis dari semester 1 sebesar 3,86. Nggak nyangka aja gitu tiba-tiba turun jadi segitu. Nyokap gue aja sampe ngomel sambil ngulek sambal kenapa IP gue bisa turun. Bokap sih cuma mesem-mesem sambil bilang “Belajar aja lagi yang bener”. Kakak perempuan gue, Asri Fitriani yang sekarang diujung namanya ada hurup “S” sama “H” sekarang sedang melanjutkan S2 nya tiba-tiba nyeletuk bilang,
 “Gue aja IP naik mulu pas kuliah, masa lo bisa turun? Katanya anak beasiswa. Jangan sampe kecewain emak sama bapak, apalagi ngecewain gue!”.
 Dalam hati,
“Yaa gue kan bisa belajar lagi, mungkin sekarang otak gue lagi kusut makanya nilai gue turun.”
Di tambah lagi makhluk paling nyebelin sejagad raya adik gue yang masih bau kencur namanya Fadhil, hobinya makan permen lollipop harga gope[1] beli di warung pertigaan gang, terus nyerocos
“Bang, nilai matematika aku dapet 8 bang. Bagus gak?”
Biar dia seneng gue bilang aja iyah sambil manggut-manggut. Tapi adik gue yang satu ini bertanya berulang-ulang, ya otomatis gue juga jawab berulang-ulang. Kebayang dong sama lo semua gue melakukan hal yang sama berulang-ulang? Udah kayak ayam tetelo[2] ngantuk.
Gue baru ngeh kalau ternyata yang namanya kuliah tuh kayak begini, gue bisa masuk fakultas ilmu komunikasi jurusan jurnalistik ya karena gue hobi nulis. Semua kalimat yang ngalir tiba-tiba di otak gue yaa gue catet di kertas, terus udah gitu keterusan, jadilah cerpen atau yaa beberapa puisi karangan gue yang selalu terbit di mading kamar tidur minimalis gue. Gue juga selalu menjadi juara 1 cipta puisi tingkat kecamatan dari jaman gue sd, juara 1 baca puisi kemerdekaan tingkat kecamatan di jaman gue smp, dan juara 1 karya ilmiah remaja tingkat SMA se-Kabupaten. Baru ngeh juga kalau gue salama ini juara bertahan di tingkat kecamatan dan baru kali ini gue jadi juara 1 tingkat kabupaten dalam ajang Karya Ilmiah Remaja yang buat gue bahagia ketawa-tawa sampai mata terbelalak. Cita-cita gue dari kecil adalah ingin menjadi penulis dan memajukan pers di Indonesia. Kenapa? Simple aja, gue mau ngebuktiin ke orang-orang kalau penulis itu bukan cita-cita yang suram. Banyak orang bilang kalau penulis itu miskin-miskin. Hello, banyak kali buktinya kalau karya para penulis itu yang diangkat jadi sebuah film. Nggak percaya? Searching aja Google. Zaman udah canggih. Maunya di kasih tahu mulu, usaha sendiri kalau mau tahu. Asal jangan nyari di warteg aja lo semua nyari tahu *salah fokus deh, lo* dan ingin mengubah bahwa pers di Indonesia sekarang banyak yang nggak benar, banyak yang melebih-lebihkan sebuah fakta dari sebuah informasi alias bohong ! Gue mau ubah itu semua, dan satu lagi alasannya, gue mau masuk televisi sebagai presenter berita di televisi supaya nyokap gue senang.

TUGAS KULIAH !!
Kalau waktu SD sampai SMA namanya PR, kalau sudah kuliah namanya TUGAS ! in my humble opinion *Inggris dikit yeee* Tugas Kuliah adalah kalimat yang selalu membuat raut wajah para mahasiswa yang kalau dari skala 0 ber-emoticon senyum ceria, berubah jadi skala 10 ber-emoticon boxing. Keseharian gue kalau kuliah ya seperti biasa bangun diwaktu Subuh, solat, mandi, sarapan, berangkat ngampus, pulang siang. Itu juga kalau gue nggak belajar atau nggak ngerjain tugas. Kalau ada ya bisa pulang malam, sekitar pukul sebelas malam. Gue belajar nggak pernah di rumah, selalu di kampus. Kenapa?
1.      Di kampus ada Wi-Fi, di rumah gue nggak ada. So, mudah akan akses internet *hiks*,
2.      Gue numpang ngadem di perpustakaan kampus yang full AC,
3.      Perpustakaan adalah fasilitas paling berharga buat gue. Karena gue nggak punya buku selengkap mahasiswa yang mampu beli. Sedikit curhat, gue agak kesal juga sama mereka. Padahal mereka bisa beli buku dengan harga mahal tapi hanya di pakai sekali, udah gitu seterusnya mereka pakai untuk ganjel laptop biar nggak panas. Kan sayang banget, mendingan buat gue belajar dirumah,
4.      Perpustakaan banyak referensi buku yang sama dengan buku dosen gue mengajar di kelas, hard cover, dan yang pastinya original. Tapi unutk point yang ini sedikit berhubungan dengan point ketiga. Mereka menyia-nyiakan asset yang mereka punya. Kalau gue kayak mereka pasti bokap bakalan kecewa banget, apalagi nyonya besar dirumah gue. Pasti langsung di sobek-sobek emak gue buat bungkus gorengan dagangannya. Kenapa gue bisa bicara begini? Karena kakak gue yang pertama kali kena, dan gue nggak mau itu terulang pada diri gue. Ingat banget waktu itu kakak gue taruh buku asal aja di samping televisi, nyokap kehabisan stock kertas buat bungkus gorengan. Dia melihat ada buku tebal, tanpa pikir panjang nyokap gue langsung aja sobek beberapa lembar kertas. Dan saat kakak gue lihat, dia langsung menjerit histeris.
Yaa begitulah keseharian gue. Berangkat gelap, pulang gelap. Tapi di balik itu semua gue punya cita-cita mulia. Walaupun sebenarnya jurusan kuliah gue ini tidak sesuai dengan kemauan nyokap gue. Kalau bokap sih orangnya woles selama gue benar dan konsisten dengan jalan yang gue pilih. Tapi nyokap mau gue kuliah biar bisa jadi Menteri Ekonomi. Semua berawal saat gue duduk di bangku kelas 3 SMA semester 1.
“Ran, emak kepingin banget kamu kuliah jurusan Ekonomi.”
“Emang kenapa, mak?”
“Emak pusing tiap emak ke pasar harga cabai naik mulu. Emak kepingin lu aja deh yang gantiin itu menteri ! Harga cabai naik turun mulu kayak tanjakan. Emak juga nggak mau, lu di bodoh-bodohin soal duit.”
Awalnya gue cuma cengar-cengir aja dengar apa kata orang tua. Gue pikir itu cuma candaan aja, ehh tapi ternyata setelah gue daftar kuliah jalur SNMPTN dan gue lolos di salah satu Universitas Negeri di bilangan Jakarta Timur…
“Hahh, kok komunikasi? Lu mau jadi apaan kuliah jurusan begitu? Gua kagak mau biayain kuliah lu kalo gitu!”
Jedddarr !!! ibarat kesamber geledek siang bolong gua denger nyokap bilang begitu. Bokap gue yang peluk gue sambil ucapin selamat dan meneteskan air mata, kakak gue yang pasrah rumah akan berisik terus karena nyokap nggak henti-hentinya ngomel, adik gue yang belum ngerti bisanya cuma hisap lollipop terus. Dalam hati gue berdo’a. Maha Semesta, bukakanlah pintu hati ibuku.
Itu dulu, sekarang gue lolos beasiswa kurang mampu alias BIDIKMISI full. Syukur Alhamdulillah gue ucapkan saat itu. Dan kakak gue juga ikut bersyukur karena nyokap akhirnya bisa menutup mulutnya untuk beberapa minggu. Mungkin ini sulit nyokap terima karena dia mau gue masuk Fakultas Ekonomi, bukan Ilmu Komunikasi.
Back to the topic. Tugas kuliah. Hmmmm, gue bingung mau jelasin apa, tapi yang jelas itu tadi yah. Gue kalau mengerjakan tugas nggak pernah yang namanya ngerjain di rumah karena faktor-faktor tadi. Tapi mau nggak mau, suka nggak suka, lo harus tetap kerjakan itu. Kenapa? Simple menurut gue:
1.      Melatih kedisiplinan, supaya lo bisa menghargai waktu dan nggak pernah menunda-nunda. Karena setiap harinya sudah diberikan porsi waktu untuk mengerjakan sesuatu hal yang kita nggak tahu besok itu ada waktu luang atau tidak untuk mengerjakan tugas. Kalau hari ini bisa kita selesaikan, mengapa tidak? So, lu pada bisa tepat waktu untuk menyelesaikan tugas. J
2.      Melatih kesabaran, secara yee. Revisi berulang-ulang tugas fotografi yang secara susah banget untuk di ACC sama dosen.
3.      Tidak jatuh di lubang yang sama. Hampir berhubungan sama dua poin di atas. Supaya kita bisa belajar dan tidak melakukan kesalahan di hari kemarin.

SO PROUD TO BE A BLOGGER
Gue, Blog, hahahahaha ! sudah seperti amplop dan perangko. Nempel terus ! Hobi yang juga ternyata nyambung dengan jurusan kuliah gue, adalah suatu keharusan buat gue. Dimana gue menulis apa yang terjadi di keseharian dan di sekitar gue. Gue bisa ekspresikan diri gue di menulis. Jadi, kalau orang mau tahu siapa diri gue yaa baca aja tulisan-tulisan gue.
Blog adalah suatu kebebasan gue berekspresi. Gue tulis apa yang harus gue tulis, dan satu-satunya cara buat gue untuk hilangin rasa stress gue saat ngampus. Disaat banyak tuntutan yang harus gue jalani sebagai mahasiswa penerima beasiswa, senang, sedih gue di kampus, kecuali di rumah yah. Blog juga sarana gue buat promosiin dagangan nyokap gue dirumah.
Pernah sekali gue cerita soal nyokap gue yang dagang gado-gado dan soto betawi di rumah. Karena pengunjung blog gue sekitar 115, yaa masih standar lah segitu mah. Tapi efeknya besar banget, tiba-tiba ada orang yang komentar dan tanya soal soto betawi nyokap gue. Dia awalnya nanya bisa apa nggak delivery buat anak kost? Awalnya gue mau balas komentarnya nggak bisa, dan gue ingat kalau dirumah ada motor. Secara bokap gue kan tukang ojek, yaa pasti bisa. Ok !
Langsung saja gue balas dengan sok tahu,
“Sedang proses untuk delivery, kak. Tunggu saja kabar selanjutnya. Terus kunjungi blog saya, atau bisa email saya saja untuk info lebih jelasnya.”
Padahal dari situ sebetulnya gue modus. Wkwkwkwkwwk! Secara yang balasnya perempuan, dan kebetulan juga gue masih jomblo. Yeah, you know what I mean?! Hehehehe. Nggak lama kemudian juga dia langsung kirim nomor teleponnya ke email gue. Lo tau nggak sih disitu gue kegirangan bukan kepalang? Ada cewek cantik yang nanya-nanya soal soto betawi nyokap gue, dan ue39eu$#Whduiwui8qy3ry8ur0qurqu3r$%^@%*&@&!Q !!!
Setelah kejadian itu, gue langsung niat untuk bantu bisnis nyokap gue. Dengan buat order soto delivery. Sehabis solat isya di masjid dekat rumah, gue cium tangan nyokap gue. Ini waktunya lagi pas banget, nyokap sama bokap lagi ngobrol di depan rumah sambil minum teh. Ternyata iklan teh di TV itu nggak bohong, teh itu menghangatkan suasana. Sip! Gue ikut ngobrol.
“Mak, dagangan emak sekarang gimana mak? Rame?”
“Pertanyaan lu gitu banget? Ya lu liat aja, emak ada saingan tuh di gang belakang. Bang Qodir.”
“Hmmm iyah juga, kalo bapak gimana? Masih narik juga?”
“Bapak udah tua, tadi aja bapak pulang cepat. Habis solat dzuhur langsung pulang, nggak kuat. Bapak masuk angin, gampang sakit sekarang.”
Gue langsung speechless, gue sadar akan kondisi orang tua dan usianya sekarang.
“Ada apa lu nanya gitu, lagi butuh uang? Uang beasiswa lu udah habis lagi emang buat beli buku?”
Gue geleng-geleng kepala sambil bilang “enggak”. Atmosfer saat itu yang bikin gue mau meneteskan air mata. Tapi gue tahan, gue laki-laki kudu kuat !
“Kakak lu, si Asri kemana?”
“Ada di dalam, pak. Lagi nonton TV.”
Ucap gue sambil mengambil kue dalam stoples.
“Tumben, biasanya sibuk sama laptop.”
“Lagi istirahat aja kali, mak”.
“Lu sendiri? Nggak ada tugas kuliah?”
“Emak kayak nggak tahu aja, kan kalau baran pulang jam 11 malam tandanya baran habis belajar di kampus, sekalian juga ngerjain tugas.”
“Hahahaa, bisa aja lu. Belajar emang kagak bisa di rumah? Harus banget emang di kampus?”
“Yaa bukannya gitu, mak. Kalau Baran belajar di rumah, pasti bawaannya ngantuk terus. Kalau di kampus kan ingatnya tugas harus cepat selesai. Biar cepat lulus, cepat kerja, senangin emak dan bapak deh pokoknya.”
Ucap gue sambil merangkul emak gue yang senyum. walaupun emak gue galak, kalau sudah senyum tuh hati gue adem. Nggak percaya? Percaya aja deh !
“Bapak bangga sama anak-anak bapak, sekolahnya tinggi. Bapak sama emak emang nggak ngerti dengan dunia kalian. Tapi apapun itu yang kalian kerjakan, bapak hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Baran, untuk Asri yang sudah dewasa, tinggal si bungsu Fadhil. Kalian harus kasih contoh sama dia.”
Ada secercah harapan yang mengalir di setiap kalimat bokap gue berbicara. Dan saatnya nih gue bilang ke mereka berdua maksud dan tujuan gue ikut ditengah-tengah pembicaraan mereka.
“Pak, Baran ada ide nih buat usaha emak bikin maju kayak kapal pesiar.”
Nyokap gue awalnya cuma ketawa-ketawa aja.
“Maju kayak kapal pesiar, hanyut di telan ombak dong gerobak emak?”
“Ya enggak gitu, mak. Jadi gini, Baran mau buat inovasi buat dagangan soto Betawi emak.”
“Inovasi tuh apaan, ran? Jangan pakai bahasa orang kuliahan, emak nggak ngerti sama yang begituan.”
Di sela-sela perbincangan, muncul kakak gue yang paling cantik. Kanjeng Asri.
“Inovasi apaan, ran? Lu jangan buat usaha emak jadi gagal.”
“Apaan kak? Orang mau bantuin supaya soto emak terkenal.”
“Hahahaha, yakin? Pakai cara apaan?”
Gue jelasin aja kalau gue bikin konsep inovasinya adalah delivery order. Kan kebanyakan teman kampus gue itu tinggal di kost, nah gue promosiin aja soto Betawi nyokap. Yaa toh rumah gue sama kampus jaraknya nggak jauh-jauh amat. Untuk kendaraan, saat ini pakai motor bokap dulu. Jadi, bokap yang antar pesanan soto ke anak-anak kost. Nanti kalau ada rezeki, bisa deh kredit motor lagi buat delivery soto emak. Kakak gue yang nggak henti-hentinya kepo sama inovasi gue termasuk “Lu jual itu berapa? Jangan sampai emak rugi !”
Gue jawab aja dengan santai.
“Harga soto Betawi nyokap kan nggak mahal-mahal banget yee. Emak jual disini cuma Rp 8.000,00,- itu juga belum include sama nasi. Kalau pakai nasi, tinggal nambah Rp 2.000,00,-. Itu juga belum yang pengen pakai minum es teh manis, kalau pakai minum es Teh manis ya tinggal nambah aja lagi duitnya Rp 2.000,00,-. Jadi kalau di total semuanya Rp 12.000,00,-
Berhubung gue jualnya ke anak kost yang sekitaran kampus gue, yaa gue buat aja harganya Rp 14.000,00,- sudah include dengan nasi dan ongkir, tapi tanpa minum ye. Mau minum beli aja sendiri. HAKHAKHAKAHKAHAK.”
Tapi setelah gue jelasin panjang lebar, jidat gue malah di sentil.
“Bodo di pelihara, kambing tuh di pelihara biar gemuk ! kuliah percuma lu kagak pinter !”
“Apaan sih, kak? Aww, sakit nih jidat gue!”
“Gue tanya, kost-kost an di sekitar kampus lu kayak gimana?”
“Yaa bagus-bagus sih, kak. Ber-AC semua.”
“Harganya paling murah pakai banget, berapa?”
“Ya karena bagus begitu sih nggak mungkin harganya Rp 500.000,00,- kak. Paling murah tuh Rp 900.000,00,-/Bulan. Itu juga kalau yang nggak ada fasilitas WI-FI. Kalau ada WI-FI bisa sampai Rp 5.000.000,00,-. Itu juga di bayar per-tahun kalau yang harganya jutaan. Dibawah nominal yang jutaan ya di bayar per-bulan.”
“Nahh, lu mau jualan yang benar ! Lihat pangsa pasar lu. Mereka kan kuliah bareng lu, yang kuliah di kampus gedong gede begitu mereka aja bayar kuliah berjuta-juta, bayar kost juga nominalnya juta.”
“Maksud lu apaan, sih?”
“Maksud gue yaa lu jual soto emak, harganya mahalan dikit. Teman-teman lu yang nge-kost itu sering nggak makan di warteg?”
“Yaa jarang, sih. Seringnya di kantin. Kantin juga kan mahal-mahal harga makanannya. Sekalinya mereka mau hemat, makan nasi yang menu paket biar murah.”
“Ya udah, lu jual soto emak harganya Rp 15.000,00,- itu sudah include nasi dan ongkir. Ingat BBM mahal. Dan kalau lu niatnya mau bantu emak dagang, lu juga harus ingat sama yang sudah mau lu lakukan. Gue yakin, kalau soal makan kebanyakan di mall, kalaupun ada yang makan di warteg juga menunya ayam terus tiap hari.”
 Dia juga sedikit ngancam gitu, deh. Kalau sampai bisnisnya gagal yaa mau nggak mau gue harus bayar ganti rugi dagangan emak. 2 hari kemudian di kampus gue kirim email ke teman-teman gue yang kebanyakan anak kost berisi template tentang soto Betawi nyokap gue dengan desain semenarik mungkin, dan nggak lupa juga gue cantumin contact person yang tak lain adalah nomor hp gue sendiri, bukan pin BB karena memang gue nggak punya ponsel canggih yang bisa menggunakan akun sosial media. Gue baru share ini ke teman-teman gue yang tinggal di kost sebagai testimony. Kalau berhasil, baru gue share ke anak-anak kampus untuk mereka ngadain acara-acara seperti hajatan nikah, ulang tahun, khitanan, anak-anak BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) atau HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) yang ngadain acara bazaar atau pameran.
So, bagaimana response nya? Belum juga 5 menit setelah gue kirim pesan email ke mereka, ponsel gue berdering. Gue lihat layar ponsel, ternyata teman sekelas gue Gita. Katanya sih dia mau pesan sotonya. Ok, berhubung besok gue ada jam kuliah jam 11, jadi bisa lah gue order soto Betawi nyokap gue ke kosan Gita. Dan Alhamdulillahnya nih, respon teman-teman kampus gue yang beli soto nyokap gue positif. Mereka suka sama masakan nyokap gue yang satu ini. usaha ini berlanjut selama 4 bulan. Bokap juga sekarang tugasnya bukan ngojek lagi, tapi bantuin nyokap buat antar soto. Teman-teman di fakultas gue yang buat acara juga ngundang nyokap buat ngisi salah satu stand bazaar di kampus sewaktu ada acara Bulan Bahasa. Yaa dengan membayar stand bazaar sebesar Rp 350.000,00,- selama 3 hari tidak menjadi hambatan buat nyokap. Karena pembeli MEMBLUDAK.
Dan begitulah berkat usaha gue yang mencoba untuk mempromosikan usaha nyokap, sekarang nyokap bisa bernapas lega. Hutang di warung juga lunas. Bokap juga udah rutin berobat. Si Fadhil nggak lagi ngemut lollipop harga gope. Ini juga nggak lepas berkat bantuan kakak gue yang cantik.

“STATUS LO APA?”
Status gue, yaa mahasiswa, anak dari kedua orangtua gue, adik dari kakak gue, abang dari adik gue, sekaligus karyawan Soto Betawi nyokap gue. Emang apaan lagi?
“MAKSUDNYA, LO SINGLE ATAU TAKEN?”
BOOM !
Pertanyaan yang paling bikin gue garuk-garuk tembok. Kalau bicara soal pasangan kayaknya agak gimana gitu. Secara tampang gue aja ya mirip-mirip Dimas Anggara (itu juga nyokap yang bilang). Gue ada cerita soal gebetan gue (dulu), namanya Gita. Kalau lu baca di cerita atas pasti tau lah yaa dia siapa. Anak kost sekaligus teman kampus, sekaligus pelanggan soto betawi nyokap. Singkat cerita sih gini. Gue gak mau ceritain kronologis awal gimana gue bisa dekat dengan Gita karena... Nanti juga lu tau endingnya kayak gimana, hehe.
Jadi gini. Sewaktu libur kuliah, dia bilang ke gue kalau dia mau mampir ke rumah buat wawancara soal Soto Betawi yang nyokap gue jual, untuk dia tulis di blog. Dia blogger juga. Tapi bedanya sama gue adalah dia itu fashion blogger. setelah wawancara selesai gue antar dia pulang ke kost nya. Tapi dia bilang mau beli kue dulu buat temannya yang lagi sakit. Kita mampir dulu ke toko kue yang nggak jauh juga dari kampus. Sesampainya di kost, kita ngobrol-ngobrol panjang lebar. Secara fisik dia ini selalu tampil cantik dengan balutan hijab. Ini bukan berarti dia yang berlatar belakang dari pesantren, dia memang lulusan pesantren. Namun itu semua bukan menjadi alasan mengapa ia mengenakan hijab. Usut punya usut, ini yang dia bilang.
“Gue berjilbab bukan hanya sebagai tanda gue seorang muslim, tapi ini emang udah kewajiban gue sebagai perempuan muslim. Gue aja pakai jilbab masih buka-lepas. Gue pengen banget kayak kakak gue yang udah istiqomah pakai hijab dari dia sekolah. Sedangkan gue?”
Buat Gita, hijab itu bukan hasil. Namun hijab adalah sebuah proses untuk menjadi lebih baik. Jaman sekarang ini terkadang perempuan mengenakan hijab namun masih belum mentaati perintah Allah. Tapi yaa itu kembali ke diri masing-masing, semua tergantung niat. Jika mengenakan hijab membuatnya merasa lebih baik maka kenakan, jika belum siap yaa jangan di paksakan. Begitu menurutnya.
Dan 1 hal yang bikin gue malu gelagapan di depan dia adalah, gue nembak dia. Gue utarakan perasaan gue setelah gue mengenalnya lebih dekat. Dengan percaya diri dan tekad yang bulat, sebulat kelereng si Fadhil, gue utarakan isi hati gue di taman kampus sambil di saksikan pepohonan, bunga mawar yang tumbuh, semut, undur-undur,angin, air, api, udara, The Legend of Aang.
“Git, lu mau jadi pacar gue?”
Disitu Gita cuma diam, dan ujung-ujungnya senyum sama gue. Sambil bilang,
“Maaf, sebelumnya. Gue nggak pacaran, gue Ta’aruuf. Dan setelah 4 bulan ini Ta’aruuf dia melamar gue. Gue udah punya calon suami sekarang. Sebenarnya gue juga mau kasih ini sama lu, bar.”
Ucap Gita sambil masang muka nggak enak dan menyodorkan sebuah undangan bermotif ala vintage. Seketika disitu jantung gue kayak di tinju. Ya Allah.
“Tenang aja, calon gue baik kok. Seperti do’a lu beberapa bulan yang lalu, nggak lama setelah kita dekat gini. Gue mau minta maaf, gue nggak ada maksudnya memberi harapan palsu atau gimana, tapi menurut gue ini mungkin waktu yang tepat supaya lu tau. Bar, jujur. Lu itu baik, pinter, dan gue salute sama lu. Gue juga mendo’akan kok. Supaya lu juga dapat perempuan yang baik juga. Oh iya satu lagi, calon gue mau ketemu nanti. Soalnya dia penasaran sama lu dan soto Betawi emak.”
Yaa sudah bisa di tebak lah sama kalian para jomblo yang baca cerita ini. Huf, ini nggak kandas kok. Ini cuma awal perjuangan gue menuju 99 cahaya di langit-langit rumah gue.

SAD ENDING OR HAPPY ENDING?
Gue suka akhir yang bahagia, karena dengan akhir yang bahagia gue bisa terus bersemangat menerima tantangan-tantangan lain setelah tugas kuliah, menulis di blog, dan Gita. Ehh maksudnya status jomblo gue ini. Lewat tugas dan IP gue yang sempat jatuh, gue belajar untuk terus menghargai waktu tanpa ada kata ‘nanti’, gue nggak mau buat kecewa kedua orang tua gue.
Lewat blog gue belajar untuk memberikan ilmu, pengetahuan tentang apapun itu yang gue punya ke khalayak supaya mereka yang membaca bisa terinspirasi untuk melakukan hal yang lebih baik dari apa yang gue tulis. Dan status jomblo? Dengan gue yang sekarang ini masih men-jomblo, gue bisa bebas melakukan apapun.
Bebas bukan berarti gue keluar dari garis peraturan yang sudah di tetapkan oleh Undang-Undang yaah, gue bebas karena gue masih mau fokus dan eksplor pengetahuan. Menyelesaikan kuliah, membahagiakan kedua orang tua gue, serta mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga gue kelak.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH
Sebagai penutup dari cerita ini, sebelumnya gue mengucapkan banyak terimakasih untuk kedua orangtua gue, kakak dan adik gue yang sayang sama gue. Dan untuk Gita yang pernah hadir di keseharian gue. Sekarang dan selamanya gue berharap kita masih bisa terus bersahabat. Gue nyusul jadi suami yang baik untuk calon istri gue kelak seperti apa yang lu bilang ke gue yah, git. Semoga langgeng dan selamat menempuh hidup baru.



Gambar: Pinterest





[1] Rp 500,00,-
[2] Salah satu penyakit yang di derita oleh unggas, termasuk ayam

Komentar

Postingan Populer