Langsung ke konten utama

Unggulan

REVIEW BUKU "GILBERT CHOCKY: DAVE GROHL"

Gue memutuskan untuk membeli buku ini saat kegiatan Banten Bookfair 2023 berlangsung di gedung Perpustakaan Daerah Banten pada 18 Mei 2023 silam. Kegiatan yang mempertemukan gue kembali dengan sobat karib bernama Gebrina Sephira, atau biasa dipanggil Gegeb, merupakan suatu keberuntungan. Merasa beruntung karena sudah cukup lama tidak bersua sambil membahas buku-buku yang sedang trending, maupun membahas buku-buku lama namun masih layak untuk dibaca. Terlebih di acara tersebut, gue bisa langsung bertatap muka dengan salah satu penulis kondang yang bukunya menjadi best-seller di tahun 2019. Henry Manampiring, penulis buku bertema filsafat berjudul Filosofi Teras. Tapi kali ini gue belum mau bahas Filosofi Teras. Gue bakal bahas buku yang mana sosok didalamnya cukup menyita perhatian setelah beliau meng-cover lagu milik Lisa Loeb berjudul Stay pada tahun 2021 di kanal YouTube Foo Fighters. gambar: pribadi A.      TENTANG BUKU Buku ini ditulis oleh Gilbert Chocky, ri...

IRONI DAN PESAN DIBALIK LAGU ‘LA VIE EN ROSE’

 

Hallo..

Selamat datang kembali!

Gue pertama kali mendengar lagu La Vie En Rose dari fim Wall-E di tahun 2015. Lagu tahun 1945 ini dinyanyikan oleh seorang gadis berusia kepala dua dengan nama Edith Piaf. Kemudian dipopulerkan kembali oleh Louis Armstrong, dan Grace Jones. Seiring berjalannya waktu, lagu ini dinyanyikan oleh banyak khalayak, termasuk oleh salah satu kontestan Indonesian Idol di RCTI pada tahun 2020 lalu yang membuat musisi Judika dan Rosa sebagai juri, terkesima oleh penampilan kontestan tersebut. Lagu ini menceritakan seorang perempuan yang sedang jatuh cinta. La Vie En Rose dalam bahasa Perancis yang artinya Kehidupan yang Bernuansa Merah Muda. Tepat kemarin malam pukul tujuh, gue menonton film La Vie En Rose ini.

Lagu yang populer sepanjang masa ini sungguh klasik artinya, namun siapa sangka bahwa terdapat ironi dibalik sosok yang menciptakan dan menyanyikan lagu ini?

sumber: Hipwee

Edith Piaf dengan nama asli Edith Giovanna Gassion, adalah seorang penyanyi asal Prancis yang lahir di Belleville, Paris, pada tanggal 19 Desember 1915. Kehidupannya sangat keras, ibunya yang bernama Annetta Giovanna Malliard adalah seorang penyanyi kafe dengan nama samaran Line Marsa, dan ayahnya yang bernama Louis Alphonse Gassion adalah seorang akrobatik jalanan yang berpengalaman di dunia teater. Edith kecil pernah dititipkan oleh ibu dari sang ayah yang merupakan pengelola rumah bordil di daerah Normandie. Hal tersebut dilakukan ayahnya karena ia bergabung untuk menjadi tentara Prancis di tahun 1916. Di umur 3 sampai 7 tahun, Edit kecil mengalami kebutaan. Hingga suatu hari, Edith dan neneknya berziarah ke makam st. Thèrése de Lisieux. Berdoa di makam tersebut, dan penglihatannya kembali normal. Hal tersebut menjadi legenda hingga sekarang.

Usai perang, di tahun 1929, sang ayah kembali mengambil Edith dan ikut dengannya dalam sebuah pertunjukan akrobat jalanan. Namun itu semua tidak berlangsung lama, karena pada akhirnya Edith berpisah dengan sang Ayah. Edith tumbuh sebagai remaja yang ceria, dan untuk menyambung hidupnya, dengan bakat menyanyi ia menjadi penyanyi jalanan di Pigalle, Ménillmontant dan daerah pinggiran kota Paris. Ketika menginjak usia 16 tahun, ia jatuh cinta dengan seorang pria bernama Louis Dupont. Edith dan Louis mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Marcelle. Namun Marcelle kecil meninggal dunia akibat meningitis.

Karir bernyanyi Edith mulai melejit di tahun 1935 saat ia bertemu sosok Louis Leplèe. Edith yang pemalu mulai meniti karir dengan nama La Momè Piaf, nama yang diberikan Leplèe untuknya yang memiliki arti Burung Gereja Kecil. Ia bernyanyi di sebuah kelab yang sering dikunjungi oleh orang-orang kalangan kelas atas maupun bawah. Namun karirnya di tahun yang sama tidak berjalan mulus setelah Leplèe ditemukan mati terkapar di kamarnya, dan Edith dituduh atas kematian tersebut. Karirnya perlahan meredup.

Di tahun 1940, seorang penulis drama bernama Jean Cocteau memberikan peran untuk Edith. Edith memainkan peran untuk sebuah drama yang berjudul Le Bel Indefférent. Edith mulai banyak menulis lagu di era 1940-an. Termasuk lagu La Vie En Rose yang ditulis olehnya pada tahun 1945. Nama La Momè Piaf ibarat membawa keberuntungan. Edith yang menulis lagu La Vie En Rose ditengah-tengah kedudukan Jerman di tanah Paris pada Perang Dunia II, membuatnya sering diminta bernyanyi untuk para perwira Jerman yang berpangkat tinggi. Setelah perang selesai, ia memulai tur keliling Eropa, Amerika Serikat, dan Amerika Selatan. Ia menjadi penyanyi yang sangat populer dan sangat terkenal di Amerika Serikat. Edith kemudian jatuh cinta oleh seorang petinju terkenal bernama Marcel Cerdan. Namun sayangnya di tahun 1949, Marcel meninggal dunia. Hal tersebut membuatnya sangat terpukul, karena sosok Marcel adalah sosok yang sangat Edith cintai.

Seiring dengan melejitnya karir Edith, ia mulai ketergantungan Morfin pasca kecelakaan yang dialaminya pada tahun 1951. Pada tahun 1952, Edith menikah dengan seorang penyanyi bernama Jacques Pills. Sayangnya pernikahan tersebut tidak berlangsung lama karena di tahun 1956 mereka bercerai, lalu Edith kembali menikah pada tahun 1962 dengan seseorang yang berusia 20 tahun dibawah usianya, pria tersebut bernama Théo Sarapo. Théo merupakan seorang penyanyi, aktor, dan dulunya adalah seorang penata rambut.

Pada 10 Oktober 1963, Edith tutup usia karena kanker. Ia meninggal di usia 47 tahun dan dimakamkan di pemakaman Père Lachaise, Paris. Ratusan pelayat yang berkerumun di jalan-jalan kota Paris, dan sebanyak 40.000 penggemar Edith mengikuti proses pemakaman sang Legenda. Namun uskup agung Paris melarang perayaan Misa Katolik Roma dikarenakan gaya hidupnya Edith di masa lalu. Sosok Edith Piaf menjadi legenda yang pernah dimiliki kota Paris. Sosoknya sangat dihormati oleh semua penggemarnya. Mengutip wikipedia, Charles Aznavour mengenang proses pemakaman Edith Piaf adalah satu-satunya kesempatan setelah Perang Dunia II, ketika lalu lintas di Paris sama sekali berhenti. Di tahun yang sama, ia merekam lagu terakhirnya yang berjudul L'homme de Berlin.

sumber: Pamono vintage potrait

Dibalik kisah Edith Piaf dan lagunya yang membuat kita teringat akan kota Paris selain menara Eiffel-nya, cerita sang legenda La Momè Piaf adalah salah satu jawaban dari segala pertanyaan dalam benak gue pribadi. Untuk apa kita bertahan ditengah morat-marit manusia yang selalu membuat kekacauan? Tidak lain dan tidak bukan adalah membuktikan bahwa tidak ada yang Tuhan ciptakan sia-sia. Kerja keras, doa, dan cinta adalah jawaban dari Edith Piaf untuk siapapun yang sedang rapuh. Meskipun Edith pernah berbuat kesalahan, gue percaya bahwa Tuhan pasti Maha Pengampun. Edith Piaf dan lagu La Vie En Rose tidak hanya bercerita tentang romansa seorang insan ciptaan Tuhan, namun ada pesan dan nilai spiritualitas untuk tetap bersyukur atas rasa cinta dari yang Maha Menciptakan cinta.

sumber: DW



Komentar

Postingan Populer